Senin, 24 Desember 2012

TERIMA KASIH IBU

Suatu hari, aku ingin berbelanja ke toko buku Gramedia. Karena saudara-saudaraku sedang sibuk, aku pun berniat untuk pergi seorang diri. Seperti biasa, sebelum berangkat aku meminta izin kepada ayah dan ibu.

Ibu tampak resah melihatku ingin keluar sendirian. Beliau pun menyatakan keinginannya untuk menemaniku ke sana. Aku sebenarnya tidak ingin ibu pergi. Bukan karena risih ataupun malu, tapi karena kondisi ibu yang kurang sehat. 

Aku menolak. Kukatakan kalau aku bisa pergi sendiri. Aku sudah besar, sudah bisa jaga diri. Kuminta ibu untuk beristirahat saja di rumah. Namun, ibuku tetap bersikeras untuk ikut. Beliau mengatakan kalau beliau baik-baik saja. Karena aku tidak bisa memberikan alasan lain, aku pun setuju untuk ditemani oleh ibu.

Sesampainya di sana, ibu menemaniku berkeliling toko buku. Satu jam berlalu. Aku sudah memilih beberapa buku untuk kubeli. Ibu tampaknya mulai lelah berdiri. Sayangnya, waktu itu belum ada tempat duduk di toko buku itu. Sebenarnya aku masih ingin berlama-lama di sana, menikmati suasananya yang tenang sembari membaca buku yang segelnya telah terbuka. Tetapi, aku tak mungkin membiarkan ibu kelelahan berdiri.

Ibu sudah tak bisa berdiri apalagi berjalan terlalu lama. Beliau pernah menderita penyakit lumpuh, dan hingga saat ini kesehatannya belum seratus persen pulih kembali. Karena tak ingin ibu sakit lagi, aku segera membayar buku-buku pilihanku di kasir. Setelah itu, kami singgah di sebuah restoran untuk makan siang lalu pulang ke rumah.

Terima kasih, ibu. Aku sungguh tersentuh melihat betapa sayangnya engkau kepadaku. Engkau rela melupakan sakitmu demi menemaniku berbelanja. Aku sayang padamu, Ibu. Semoga Allah selalu mencurahkan kesehatan kepada ibu agar kita bisa berjalan-jalan dengan santai seperti sediakala.



(*) Diikutkan dalam kuis FTS dalam rangka Hari Ibu oleh Kaifa Organizing. Alhamdulillah MENANG & berhadiah buku ^_^

Kamis, 20 Desember 2012

AKU DAN AKU


Aku adalah Aku
Tapi aku bukanlah Aku
Aku hanyalah bayangan Aku

Aku diciptakan oleh Aku
Dan akan kembali kepada Aku

Aku ada dan tidak terbatas
Sedangkan aku hanyalah seorang fana


Rabu, 19 Desember 2012

NIJI

“Ame...” katamu memulai obrolan dari seberang sana.

Kau selalu mengabarkanku tiap kali hujan turun. Ame berarti hujan dalam bahasa Jepang. Kau sangat menyukai hujan.

“Benarkah? Aku ingin melihat niji. Tapi di sini hujan belum turun,” balasku sedih.

Suasana hatiku sedang buruk. Aku berharap bisa melihat pelangi untuk membuatku ceria. Aku sedang punya masalah. Telah kuberitahukan padamu sebelumnya. Sayangnya, kau juga tak punya solusi untuk itu. Namun, keberadaanmu bagai awan yang meneduhkanku. Aku cukup tenang karenanya.

“Nampaknya orang-orang sedang menikmatinya saat ini. Kau juga akan melihatnya sebentar,” ujarmu.

“Bagaimana mungkin? Di sini kan sedang tidak hujan,” keluhku.

“Terlalu banyak kabut yang menyelimutimu sehingga pelangi itu tak mampu kau lihat. Cobalah untuk melepaskan kabut itu,” balasmu lagi.

Awalnya, aku tak paham. Namun, kini aku mengerti. Aku tak seharusnya membiarkan kabut itu menyelimutiku. Sebaliknya, aku harus bisa menciptakan pelangiku sendiri agar hatiku kembali cerah seperti langit biru di angkasa.





Yuphe Himura – nama pena dari Ayu Pertiwi. Terlahir pada tanggal 8 Februari 1992. Berstatus sebagai mahasiswi FBS UNM. Kunjungi akunnya via facebook: www.facebook.com/ayuhimura, twitter: @yuphehimura, email: yuphehimura@gmail.com, atau blog: http://yuphehimura.blogspot.com.

Kamis, 06 Desember 2012

Jumat, 23 November 2012

KESEMPATAN KEDUA


“Siapa itu Pratiwi?” tanyaku keheranan.

Rei terdiam. “Dia orang yang pernah menyatakan perasaannya padaku.”

“What?!! Apa dia tidak tahu dengan hubungan kita?”

“Dia tahu. Tapi dia rela menjadi yang kedua,” kata kekasihku lagi. Suaranya melemah. Bahunya bergetar. “Maafkan aku. Aku khilaf. Aku hampir menerimanya saat itu,” katanya terisak.

Pengakuannya serasa menusuk jantungku. Jika ini panah, pasti aku telah mati dibuatnya. Lidahku kelu. Mataku mulai menitikkan bulir hangat. Dia melanjutkan, “Tapi, ketika akan menjawab ‘ya’ padanya, bayang wajahmu tersenyum padaku. Perasaan bersalah kemudian menyadarkanku. Mengingatkan tentang komitmen yang kita buat, perjuangan yang kita lalui, dan yang terpenting, menyadarkanku betapa berharganya dirimu.”

“Jadi, kamu menolaknya?”

Dia mengangguk. “Sudah lama ingin kuceritakan namun aku tak sanggup.” Dia menatapku sedih, “Aku tahu aku yang salah. Aku siap menerima konsekuensinya.”

“Lalu mengapa kamu mengakuinya sekarang?”

“Kurasa jujur lebih baik meski itu menyakitkan. Aku tak ingin menyembunyikan apapun darimu.”

“Ini memang sangat menyakitkan. Tapi, terima kasih telah berani mengakuinya dan menolaknya demi aku. Sekarang, aku harus berbagi singgasana di hatimu sampai ia benar-benar kau lupakan.”

Kekecewaan menyelimutiku. Namun, kejujurannya meluluhkanku. Setiap orang pernah berbuat salah. Aku pun memberinya kesempatan kedua karena cintaku lebih besar daripada kecewaku.

Minggu, 18 November 2012

Ayuyu

"Ayuyu...!!!"

Terdengar suara dari ruang tamu. Tanpa mengintip pun aku bisa menebak suara siapa itu. Ya. Itu suara papaku - Gagah. Gagah? Ya. Gagah adalah panggilanku untuknya. Aneh bukan? Itu panggilanku untuknya sejak kecil. Kupikir itu akan berubah dengan sendirinya ketika aku beranjak dewasa. Namun, di usia 20 tahun ini, aku masih memanggilnya dengan sebutan Gagah.

Bagaimana dengan mama? Kupanggil mamaku dengan sebutan Sayang. Lebih aneh lagi ya? Entahlah. Aku tak mengerti mengapa aku bisa memanggil mereka dengan sebutan seperti itu. Yang kutahu, aku merasa nyaman memanggil mereka seperti itu. Alhasil, kakak-kakakku terkadang mengikuti caraku memanggil kedua orang tuaku. Mereka juga tampak senang dipanggil seperti itu. Buktinya, keponakanku pun memanggilnya dengan sebutan Kakek Gagah dan Nenek Sayang. Keren kan? ^^v

Okay. Back to the topic. Ayuyu. What is that? That's my nickname! Lebih tepatnya, nama kecilku. Nama kecil - nama waktu kecil. Perlu diperjelas lagi? Sudah cukup, ya! Yah, seperti itulah. Ta pi, entah kenapa papa masih memanggilku dengan sebutan Ayuyu, terutama ketika menyuruhku membuatkan kopi. Karena terbiasa, kujawab panggilan itu dengan jawaban khas untuk menyamakan rima. "Ya ya ya?" balasku. "Kopiii.." kata papa lagi. Segera aku membuatkannya kopi Torabika Capuccino kesukaannya.

Pertanyaannya... kenapa papa masih memanggil dengan sebutan itu? I'm already 20, Dad! Apa karena Ayu anak bungsu? Hmm.. mungkin saja, ya? Tapi, senang juga dipanggil seperti itu. Rasanya seperti anak kecil kembali. He he he... Sisi negatifnya? Ponakanku menganggapku seumuran dengan mereka. Hu hu hu...

Hmm... itu saja sih curcol kali ini. Ceritanya gaje (gak jelas) ya? Biarin, yang penting hepi :p


I am with my beloved parents ^_^

Sabtu, 17 November 2012

JENUH (?)

Akankah perasaan yang pernah ternodai mampu kembali seperti sediakala?
Mampukah kita tuk merajut cinta kembali? Tuk memulainya dari awal lagi?
Kita mengiyakan dan yakin bahwa apa pun yang terjadi, rasa sayang ini kan tetap utuh.
Terima kasih telah menjaga hatimu untukku ketika 'dia' ingin menggantiku di hatimu.

Jenuh adalah tantangan dalam suatu hubungan.
Semua orang pasti akan mengalaminya.
Pertanyaannya, mampukah mereka melewatinya?
Entahlah.
Pertanyaannya, mampukah kita melewatinya?
Kuharap iya.
Dan sekarang, saatnya kita mencoba.
Aku dan kamu.
Hanya kita.

Untuk Mawar Ungu-ku
Untuk Kenshin-ku
Untuk Penjaga Hati-ku
:: Aino Himura

postscript: this problem made me realize that I love you so bad. 


Sabtu, 10 November 2012

KAU TELAH PERGI

Pukul satu dini hari. Setumpuk tugas kuliah menemaniku begadang. Ah, bukan. Merekalah yang membuatku belum boleh terlelap saat ini. Heningnya suasana di rumah membuatku terkantuk untuk kesekian kali. Padahal, aku sudah membuat segelas kopi toraja kesukaanku. Sayangnya, kopi buatanku sudah habis tapi tugasku belum juga selesai. Aku pun berpikir sepertinya alunan lagu bisa sedikit menyemangatiku. Karena sudah bosan mendengarkan lagu dari mp3 player-ku, aku memutuskan untuk mendengarkan radio.
Setelah berulang kali menyetel radio, akhirnya aku menemukan saluran radio yang masih menyiar di tengah malam seperti ini. Terdengar alunan merdu tembang lawas milik grup band Caffeine yang berjudul Kau Yang Telah Pergi. Lagu yang berkisah tentang penyesalan seseorang terhadap kekasihnya yang pergi untuk selamanya. Namun, ia belum sempat meminta maaf pada kekasihnya itu.
Kau yang t’lah pergi
Saat-saat terakhirku
Teringat denganmu
Yang terbayang kini
Tanpa kusadari, butiran air mataku membasahi lembar makalahku. Aku terhanyut dalam alunannya. Syairnya mengingatkanku pada seseorang. Dia bukan kekasihku. Tapi dia sahabat tercintaku. Dalam sekejap, bayangan tentangnya lima tahun yang lalu kembali merasuki pikiranku.
***
“Wulan!!” Suara yang terdengar akrab memanggilku ketika aku hendak masuk ke rumah. Aku berbalik. Sesosok gadis berkulit sawo matang melambai dari jauh. “Hey!” kataku terkejut melihat kedatangannya. Dia datang bersama Feby yang juga teman esempe-ku. Aku tersenyum lebar sambil menunggu mereka turun dari motor. Wajah Linda terlihat makin cantik dan bersinar, sementara Feby nampak lebih langsing dan putih.
Linda. Sahabatku. Kami berkenalan di SMP Garuda, tempat kami bersekolah. Sayangnya, komunikasi kami makin renggang ketika duduk di bangku SMA. Pada awal semester kedua hapeku terjatuh di angkot. Ini membuatku tidak bisa menghubungi teman-teman lamaku, termasuk Linda dan Feby.
“Kalian dari mana?” tanyaku sambil membawa tiga kaleng minuman dingin.
“Tadi aku jemput Linda di rumahnya sebelum kemari,” jawab Feby.
“Maaf, aku minum air putih saja,”  Linda menolak ketika kuberikan sekaleng soda.
“Lho, kenapa?” tanyaku heran.
“Aku takut kalo penyakit maag-ku kambuh, Lan,” kata Linda.
Aku lupa kalau Linda punya penyakit maag. Aku pun masuk mengambilkan segelas air putih untuk Linda. Sore itu kami habiskan dengan beragam obrolan seru sambil ngemil cookies buatan mama. Linda terlihat sangat bahagia hari itu. Dia bercerita bahwa kedua orang tuanya telah akur kembali. Linda juga bercerita kalau dia baru saja pulang dari Solo, kampung halamannya yang baru didatanginya untuk pertama kalinya. Dia sangat senang karena bisa bertemu keluarga besarnya di sana.
Aku turut bahagia mendengarnya. Akhirnya Linda bisa tersenyum puas. Tiga tahun ia telah menderita akibat pertengkaran orang tuanya. Sakit maag yang dideritanya juga akibat pertengkaran itu. Tak jarang ia ditinggal sendirian di rumah. Kakaknya pun jarang pulang. Karenanya, Linda menjadi anak yang tidak terurus. Untunglah Linda tidak pernah berpikir untuk melakukan hal buruk. Dia terus berdoa. Dia yakin keluarganya akan utuh kembali. Doanya selama ini akhirnya terjawab. Keharmonisan keluarganya kembali seperti sedia kala.
***
“Drrrtt... Drrrtt..” Hapeku bergetar ketika pelajaran sedang berlangsung. Ada satu pesan dari Linda. Kubuka sms itu dengan hati-hati. Takut ketahuan guru.
“Lan, aku lagi dirawat di rumkit. Aku kena penyakit usus buntu. Doakan cepat sembuh, ya? J ”
Deg! SMS itu mengejutkanku. Sejak kapan Linda mengalami usus buntu? Aku tak tahu. Sebulan yang lalu kulihat Linda baik-baik saja di rumah. Namun, sejak saat itu aku dan Linda jarang berkomunikasi lagi.
“Lan, kamu kapan ke sini? Aku tunggu, ya! Besok aku dioperasi. Doakan lancar, ya!”
Aku pun membalas sms itu. “Iya. Aku usahakan, ya. Kalau ada yang nganterin. Tunggu aku, ya?!! Semangat!!!”
Aku adalah anak rumahan yang cuma tahu rute kampus-rumah dan pergi-pulang naik angkot. Kegiatan di sekolah menghabiskan waktu sampai sekitar pukul empat sore. Sementara jam besuk ditutup pukul lima sore. Meski kupaksakan untuk naik angkot, aku tetap tidak bisa menemuinya. Butuh waktu sekitar 45 menit atau lebih untuk bisa sampai ke rumah sakit. Karena tidak ada yang bisa mengantar, aku pun menunda kunjunganku ke rumah sakit.
Linda kembali menghubungiku sehari setelah operasi. Aku pun berjanji akan menjenguknya dalam waktu dekat. Aku sungguh ingin menemuinya, tapi aku tak berani untuk pergi ke sana sendirian.
Seminggu berlalu. Aku selalu menanyakan kabar Linda tiap hari. Dia tetap tersenyum di tiap smsnya, tetap ceria ketika teleponan denganku. Tapi aku tahu, di sana dia pasti sangat kecewa karena aku belum juga menemuinya. Sepertinya aku bukan sahabat yang baik. Aku terus-menerus minta maaf, namun dia melarangku. Dia mengerti dengan keadaanku. Linda berkata bahwa tidak ada yang salah. Hanya waktunya saja yang tidak ketemu.
Linda berkata padaku kalau ia akan dioperasi lagi keesokan harinya karena operasi yang lalu gagal. Firasatku mulai tak enak. Baru kali ini aku mendengar penderita usus buntu dioperasi lebih dari sekali dengan waktu jeda hanya sekitar tujuh hari dari operasi pertama. Aku memang bukan orang yang paham tentang hal ini. Tapi, firasatku tetap saja kurang baik.
Akhirnya operasi kedua selesai dilaksanakan di sore hari. Kak Mira mengabariku atas permintaan Linda. Katanya tidak ada perubahan apa-apa yang terjadi pada tubuh Linda. Aku semakin khawatir. Keesokan paginya, Kak Mira meneleponku sambil terisak. Dia berkata bahwa Linda pergi untuk selamanya. Hatiku hancur. Aku belum sempat menemuinya hingga hembusan terakhir napasnya. Aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Hanya tangisan yang saat itu mampu melampiaskan perasaanku. Perasaan sedih karena kehilangan seorang sahabat, dan perasaan bersalah karena tidak menepati janji untuk menemuinya.
***
Tak kusangka akhir kisahnya sepilu ini. Kepergiannya menyiksa batinku sampai saat ini. Janjiku untuk menengoknya di rumah sakit tak pernah kutepati. Aku terlalu takut untuk mengorbankan waktuku dan melanggar sedikit peraturan di rumah.
Sejak hari pertama ia dirawat di rumah sakit, sejak hari itu pula aku tak pernah bertemu dengannya hingga kedukaan memayungi pertemuan kami untuk terakhir kalinya. Ah, bukan. Aku memang menemuinya, tapi dia tidak menyadarinya. Itu tidak pantas untuk dinamakan pertemuan. Aku juga tak pantas untuk dinamakan sahabat. Setangkup penyesalan hinggap di hatiku. Kini, lantunan kidung lawas itu menyesakkanku. Kau telah pergi tinggalkan maaf yang tak terucap dan takkan kembali, tersimpan kini janjiku di hati.
Dengan mata yang masih sembab akibat semalam, aku mengunjungi makamnya. Tangisku kembali meluap. Membasahi tanah tempat peristirahatan terakhirnya. Aku terus-menerus meminta maaf di depan makamnya, namun ku tahu dia takkan bisa lagi menjawab maafku. Karena itu, kupanjatkan doa untuknya sebagai pengganti maafku.
“Berhentilah bersedih. Tak ada gunanya menyesal. Semuanya sudah berlalu. Kamu hanya akan membuat orang-orang yang menyayangimu khawatir. Lebih baik sekarang kamu memperbaiki diri, menatap masa depan, dan meraih cita-citamu. Aku yakin, Linda akan bahagia di sana jika melihat sahabatnya bahagia.”
Kata-kata yang diucapkan oleh Kak Mira menyadarkanku bahwa penyesalan hanya akan membuat seseorang semakin terpuruk dalam kesedihan. Padahal masih banyak orang-orang yang mencintai kita dan harus kita bahagiakan. Kini saatnya aku bangkit untuk meraih impianku dan mempersembahkannya untuk mereka yang kucintai dan mencintaiku, terutama keluargaku dan sahabat-sahabatku. Selamat tinggal, Sobat. Meski jasadmu telah bersemayam, namun kenangan tentangmu tetap terukir di hatiku.

TAMAT
(Diikutsertakan dalam Antologi Cerpen Episode Duka - Deka Publisher - 2012)

Sabtu, 03 November 2012

LINK EXCHANGE

Inilah Banner Yuphehimura, silahkan copy ke blog anda dan tinggalkan komentar anda agar saya bisa mengecek dan menempatkan link anda pada blog saya ini!!!.


Banner Yuphehimura
<a href="http://yuphehimura.blogspot.com"><img src="http://images.cooltext.com/2825301.png" width="100" height="40" alt="Yuphe Himura" /></a>




Link Yuphehimura

<a href="http://www.yuphehimura.blogspot.com" onMouseover="window.location=this.href">Yuphehimura</a>



bagi anda yang telah memasang banner Yuphehimura, silahkan tinggalkan comment dan liat banner anda di sidebar. Terima kasih.




Jumat, 02 November 2012

A No-Good-Guy

I'm not a good guy.
I've hurt many people,
either on purpose or without purpose. 

I'm lying,
breaking promise,
Forget my own words,
and many others.

Even apology could not remove my mistakes.
Feel so guilty for every mistake I did.
Well, I'm not a good guy at all.


Sorry :(

KAORU IS ME

Penantian. Sesuatu yang paling melelahkan dan membosankan. Sedetik saja bisa terasa sehari lamanya ketika menunggu. Namun, kisah Kaoru Kamiya dalam serial Samurai-X benar-benar membuatku mampu bersabar untuk menunggu.

Kisah ini bermula ketika aku jatuh cinta pada seorang atlet bela diri di sekolahku. Hobinya berlatih Tae Kwon Do membuatku salut padanya. Kekaguman ini semakin lama berkembang dan tumbuh menjadi rasa cinta yang utuh.

Seiring berjalannya waktu, aku pun semakin akrab dengan sosok lelaki itu. Ternyata, kesukaanku menonton Samurai-X mulai menjalar ke kehidupanku yang sebenarnya. Kisah cintaku sedikit mirip dengan Kaoru dan Kenshin.

“Kamu tidak lelah menantinya? Dia kan suka sama cewek lain,” kata temanku. Aku menggeleng. “Kamu seperti Kaoru saja.” Kata-kata itu membuatku tersenyum tipis. Tak kusangka, aku mirip dengan pasangan tokoh favoritku.

Kaoru Kamiya, menanti Kenshin Himura yang hatinya tertutup kabut akibat masa lalu yang kelam. Meski begitu, Kaoru tetap sabar menanti dan yakin bisa menyematkan pelangi dengan Kenshin.


Dikatakan mirip Kaoru, aku pun semakin yakin bisa sesabar Kaoru untuk menanti calon pendampingku. Lama bertahan, kesabaran dan keyakinanku itu mulai menemukan jalannya. Secercah harapan itu muncul di hadapanku. Hingga kini, aku terus bersabar dengan penuh keyakinan untuk menantinya menggenggam tanganku dalam ikatan yang sakral.

SEPERTI BINTANG


“DORR!!”
“Aargh!! Kak Mia!! Bikin kaget aja!! Hiks..”
Kak Mia mendekati Vina yang sedang duduk di atas ayunan. “Loh, kok nangis? Kakak pikir Vina lagi ngelamun. Ada apa?”
“Ga ada apa-apa kok, Kak. Hiks...” Vina berusaha menyembunyikan kesedihannya meski tak mampu menahan isak tangisnya. “Kak, Vina ga berguna banget, ya?”
“Kok bilang gitu, sih?!”
“Habisnya... Kerja ini-itu ga becus. Hiks... Vina merasa ga punya kelebihan sedikitpun. Hiks...”
“Cup cup cup... Siapa bilang? Vina punya kelebihan, kok. Tapi Vina belum menyadarinya. Tuhan ga mungkin ngasih kita kekurangan saja ato kelebihan saja.”
“Kak Mia tau apa kelebihan Vina?”
“Mmm...”
“Tuh, kan. Ga tau!! Hwaaa!!!”
“Ssstt, jangan keras-keras nangisnya. Nanti tetangga kira ada KDRT!”
“Kelebihan Vina itu... Dia baik dan perhatian,” jawab seorang lelaki di belakang Vina.
 “Niko?! Sejak kapan kamu di situ?” Vina membalikkan badannya. Ia tidak menyadari keberadaan kekasihnya. “Sejak Kak Mia nemuin kamu. Hehe...” jawab Niko. “Tapi kalo baik dan perhatian sih semua orang juga punya,” keluh Vina. “Kalo semua orang baik dan perhatian, dunia pasti sudah damai,” ungkap Niko.
“Yup! Kamu liat bintang di langit itu kan? Mereka bersinar tiap malam. Tidak peduli apakah sinarnya mampu menerangi malam atau malah terkalahkan oleh cahaya lampu jalan, mereka tetap menampakkan dirinya. Namun, tanpa mereka sadari sinarnya itu mengalahkan keindahan cahaya lampu dan senang dipandang oleh jutaan orang di dunia,” jelas Kak Mia.
“Nah, Vina sama seperti bintang. Memang ada hal yang Vina lakukan tidak sebaik orang lain. Tapi, Vina juga memiliki sesuatu yang hebat tanpa Vina sadari. Dan sesuatu itu terlihat istimewa bagi orang lain,” tambah Kak Mia.
“Tapi, ‘sesuatu’ itu apa, Kak?”
“Ada, kok. Kamunya aja yang terlalu larut melihat kekurangan kamu sendiri. Itu bahaya, lho. Itu artinya kamu ga mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan sama kamu.”
“....”
“Oia, kebetulan! Aku mau kasih liat kamu sesuatu. Ini akan membuktikan kalo kamu punya kelebihan yang ga kamu sadari,” kata Niko.
“Oh, ya? Apa itu?”
“Tadaa!! Ini dia! Buku karya Vina Febriani!”
“Buku apa? Aku kan ga pernah kirim naskah ke penerbit manapun,” Vina tidak percaya.
“Kami yang kirim,” kata Kak Mia tersenyum. “Kakak liat kamu punya banyak naskah cerpen yang ga pernah dipublish. Kakak iseng minta tolong sama Niko buat dikirim ke penerbit. Eh, ternyata pihak penerbit suka sama karya kamu. Mereka setuju deh buat nerbitin buku ini.”
“Jadi ini beneran karyaku?”
“Iya. Editornya berulang kali memuji karya Vina. Beliau yakin kamu bisa sukses jadi penulis kelak,” kata Niko.
“Waah, makasih banyak yah, Kak Mia, Niko juga. Vina jadi optimis buat mengembangkan bakat Vina!” ucap Vina sambil bersyukur dan memeluk buku itu. “Vina pasti bisa jadi bintang yang saaaaaangat indah dan istimewa bagi semua orang,” katanya dengan mantap.
“Kalo buat aku sih, Vina sudah lamaaaaaaa banget jadi bintang di hati aku,” kata Niko sambil merangkul Vina. “So sweet...” kata Vina. Kak Mia pun tersenyum melihat bintang di hati adiknya yang sempat meredup kini bersinar kembali.

--THE END--

Kamis, 25 Oktober 2012

Generation Gap



Old generation and young generation have differences in many aspects. According to Cambridge Dictionary, the generation gap is when older and younger people do not understand each other because of their different experiences, opinions, habits and behaviour.

In the experiences aspect, older people certainly have more experiences than younger people because they have lived longer than the younger. All experiences that old and young generations were not faced in the same ways. Habits and behavior will affect their experience, so does reverse.

In behavior aspect, older people are calm, wise, love peacefulness, and cool-headed in solving their problems. Yet, they are sometimes selfish and old-fashioned in deporting themselves  Whereas younger people are energetic, adroit, creative, and optimistic in facing their lives. However, many of them are stubborn, impolite, impatient, and ostentatious.

In the way of speaking or giving opinion, older people always discuss about their past experiences, hobbies, job, social-political matter, so on among them. They also would like to give advice for the younger people by virtue of their experiences. Nevertheless, younger people is wiseacre, more talkative, emotional, and speak out frankly than older generation.

In taking some risks, older people have many considerations before taking the risks. In addition, when they have decided something, they will be brave to face the risks about that. While the younger generation sometimes do not think over the risks carefully, but when they face the risks, they will regret their decisions. Beside that, most of old generation pay more attention about their future while some of younger people only enjoy their present days without thinking about their future.

Old generation’s style is more formal than the younger. They look great in formal style, like batik, shirts, trousers, long skirts, etc. Younger people would rather to follow fashionable and colorful clothes.

In consuming food, old generation prefer to consume sustenance because they think about their health. Nevertheless, young generation prefer to consume junk food, instant food, snacks, and so on as long as those foods are delicious for them although the foods are not nutritious.

If these differences could not be understand each other, there will be many conflicts between them because they do not want to be derfeatist. However, if these can be understand by both generations, our lives will become more harmonious than before.

Career Women Cause Juvenile Delinquency

Topic: The position of women in society has changed markedly in the last two years. Many of the problems, young people now experience, such as juvenile deliquency arise from that married women now work and are not at home to care for their children.



Since 20 years ago women have been admitted to have the same rights as men. It changes the position of women in society until now. The emancipation have brought the women to the higher position. Nowadays, women permitted to work by their parents or husbands. This matter still causes pros and cons in society.

We must acknowledge that career women are women who pursue a career to make a living for personal or family advancement. Nevertheless, career women think they can do anything because they have jobs. As we know, most of women that become career women are married women. Besides to support their family financial, career women can also increase their status as women both in family and society. On the other hand, there are also negative factors of being career women.

In working as career women, there are certain obligations that women should not ignore. That is becoming good mothers and good wives. Nevertheless, career woman today do not realise their nature. To illustrate, career women act just like as the leader of their family. They ignore their obligation as wives and mothers, and also  the status of their husband as the head of family. This misperception causes their children as the victims of their selfishness.

Many  people build  in  opinion that the children do not get full attention from their mothers because of  that misperception. It brings bad impact for the children. For example, they spend their time outside without any control. Eventually, the children will dragged along in a bad society, such as drugs consumer, doer of free sex, gangster, street racer, and other  kinds of juvenile delinquency.  Others,  however, disagree about  that. They think that it is not only the women's fault but also the men as the real head of family. Men have obligations much more than women, either as fathers or husbands. Fathers have to be strict to their children. If a father does not control their children by applying rigid rules,discipline habits, and so on, his children will act against their parents. A man also has to make his wife obey him as a husband, so the wife will do her obligation as a good mother and wife. If the men cannot do their responsibilities well, their family will be broken. Their wives will act arbitrarily and their children will wreak their disappointment on deviate things like we have discussed above.

Actually, juvenile delinquency as a kind of rebellion of the children can be avoided and prevented by their parents. In spite of a couple of husband and wife work outside and are rarely at home to take care their children, there are many ways to pay attention to them, such as calling them in a break to ask their condition, enjoying the holiday together, helping them to  solve their problem, listening to their sigh, caring about their growth, and so on. Thereby, the parents will be able to fulfill their commitments as well.  As a result, the children will feel a warmth of love in their family, and never want to do any juvenile delinquency.

In short, a statement that juvenile delinquency and other problems that young  arise from that married women now work and are not at home to care for their children is not true at all. It actually arise from the parents - not only a mother, but also a father - who do not fulfill their responsibilities for the children as well. However, if the parents can manage their time to work and take care their children, the children will not do any delinquency.

Senin, 22 Oktober 2012

SENIN PAGI

Senin pagi
Mentari muda berseri
Kakiku menapak jalan berdebu
Hingga aku menemu
Gadis manis
Agamis
Eksotis!
Ayu parasnya
tertutup bahu kekar
Senyum sipu malu terlontar
Dari bibir berah muda
Yang nyaris tanpa cela

22 Okt 2012 - oleh kawanku, Irfan.

POSITIVE THINKING


First of all, I would like to apology because it is not my story. But, this is an article that I have translated from Bahasa Indonesia to English. If you don't mind, please correct my translation if there are some mistakes. If you couldn't catch what I mean in this story it also means I have many mistakes. So, please tell me. Thanks beforehand :)
Enjoy it, take the wisdom, and please correct my mistakes :D
POSITIVE THINKING
One day, there was a housewife who had four sons. She could manage the household chores very well. The house always looked neat, clean, and well-arranged. Her husband and sons really appreaciated her.
Unfortunately, there was something bad. This mother really disliked a dirty carpet. She became upset everytime she saw footsteps on the carpet. This unpleasant situation would be happened all day. Though she knew this problem would be happened everyday.
Based on her family’s suggestion, she met a psychologist named Virginia Satir, and told about her problem. After she had listened to the problem, Virginia Satir smiled and said to her, “Close your eyes, please. Imagine what I am going to say.”
The housewife closed her eyes then.
“Imagine that there is a clean carpet in your tidy house which is opened without spot, dirt, or footsteps. What do you feel?”
While closing her eyes, the housewife smiled, her gloomy face turned into bright face. She looked satisfied.
Virgina satir said, “It means there is nobody at home. No husband, no sons, no joking and laughing. You only have a desolate house without your beloved family.”
Suddenly, her face looked so gloomy, her smile disappeared, and then she was sobbing. She was shocked. She became afraid about her husband and sons.
“Now, look at the carpet, you will see footsteps and dirt, it means your husband and sons are staying at home and warming your heart.” The housewife smiled again and felt comfortable.
“Now, open your eyes.” Then, the housewife opened her eyes.
“So, does the dirty carpet still become your problem?” The housewife smiled and shook her head. “I see what you mean,” said the housewife. “If we look something from the good side, the negative thing could be seen positively.”
Since then, the housewife never sighed about the dirty carpet, because everytime she saw footsteps there, she knew that her beloved family stayed at home.
It was true story. Virginia Satir was a famous psychologist who inspired Richard Binder and John Adler to make NLP (Neurolinguistic Programming) with Reframing technique, that is how to “reform” our viewpoint so all the negative things could change positively, one way is changing the viewpoint. 

Minggu, 21 Oktober 2012

Mengajar itu Tantangan

Yup! Mengajar itu memang benar-benar sebuah tantangan besar!!! Dan itu yang saya rasakan pertama kali mengajar di Sikola Macca. Saya dihadapkan pada seorang siswa yang sangat susah diatur. Padahal, waktu itu setiap tenaga pengajar hanya mengajar satu siswa. Satu, lho! SATU! Tapi susah sekali mengaturnya.

Awalnyaa.. siswa yang namanya Ariska ini diajar oleh seorang tentor yang bernama Faika, mahasiswi Hukum UH 2011. Si Riska ini sangat senang diajar oleh Faika. Tapii.. karena Riska mau belajar bahasa Inggris, sementara Faika mengajar matematika, saya pun dipanggil untuk mengajar dia. Oh, Tuhan! Baru saja saya duduk di samping siswi ini, dia sudah ogah-ogahan untuk diajar oleh saya. Dia maunya diajar oleh Faika. Sedih. Sedih. Sedih. (Hiks). Baru saja mau belajar cara mengajar yang baik, sudah dihadapkan dengan tipe siswa seperti ini. Karena tidak diajar oleh Faika, jadilah dia tidak konsen diajar oleh saya. Perhatiannya terus mengarah ke Faika. Terkadang dia berjalan kesana-kemari mengganggu teman-temannya yang lain tanpa menghiraukan saya.

Riska. Siswi SD kelas VI di ..... (lupa dimana). Sebenarnya dia mau belajar nama-nama benda. Tapiii... alphabet dalam bahasa Inggris saja dia belum tahu. Jadilah saya mengajarkan dia alphabet terlebih dahulu sambil mengajarkan beberapa kosa kata dari huruf-huruf yang telah saya ajarkan. Sebelumnya, saya menanyakan 'Number' padanya, dia menghafalnya. Kemudian saya meminta dia menuliskan angka-angka itu dalam bentuk letter, dia  menyanggupi. Tapi, tak lama kemudian, dia menemui temannya dan membawa selembar poster bertuliskan angka-angka dalam bahasa Inggris. Dia menyalinnya! Katanya bisa, kok malah menyalin, sih! Pikirku dalam hati. Ckckck.

Dengan penuh kesabaran, saya pun mengajarkan huruf A-L padanya. Dan Alhamdulillah dia sudah bisa (prok! prok! prok!). Tapi, perasaan saya dan dia belum menyatu. Belum ada chemistry sama sekali yang bisa menjembatani penyaluran ilmu di antara kami. Transfer ilmunya masih susah. Tapi, saya anggap ini adalah sebuah tantangan bagi saya untuk menjadi seorang guru yang menguasai empat kompetensi guru, yaitu pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian. 

***
Sepulang dari sana, saya pun curhat kepada dua sahabat saya, Isshin dan Onii. Isshin yang bukan seorang pengajar memberikan motivasi kepada saya, sementara onii yang juga dari prodi pendidikan seperti saya dan sekarang sudah menjadi tenaga pengajar memberikan saran untuk teknik pengajaran yang selanjutnya.

Menurut Isshin, ini baru kali pertama saya mengajar. Jadiii... saya tidak boleh pesimis dan kecewa menghadapi siswa seperti Riska. "Di sinilah keterampilan kamu diuji," katanya padaku. Ya. Terampil. Bagaimana cara saya menghadapi siswa semacam itu dan mengatasi kelakuan-kelakuannya yang seperti tadi. Saya akui, saya sempat down mengingat situasi seperti . Saya merasa tidak bisa menjadi seorang pengajar yang baik. Namun, semangat dan motivasi dari Isshin selalu mampu membangkitkanku dari keterpurukan yang tanpa sadar kubuat sendiri. "Jangan menyerah! Kenali dirimu dan potensimu!" Itu adalah kata-kata yang selalu diucapkan olehnya untuk menyemangatiku.

Menurut Onii, pikiranku lebih kuat dari lisanku. Persepsiku terhadap anak itu sejak awal telah membuatku tidak mampu melihat potensi yang dimilikinya (Isshin juga berkata seperti ini padaku). Yah. Kesan pertama seharusnya kubuat sebaik mungkin agar dia merasa nyaman bersamaku. Tapi, karena minder (soalnya si Riska maunya sama Faika), kesan pertamaku menjadi buruk. Saya grogi, gugup, dan menjadi kaku. Kata Onii, "Buat dia merasa nyaman dengan kamu. Dan sesuaikan metode pengajaran dengan kepribadian si anak, seperti audio, visual, audiovisual,dll." Yah, saya sadar, saya masih punya banyak kekurangan untuk terjun ke lapangan mengajar para siswa. Saya pun dianjurkan membaca buku Quantum Teaching dan Quantum Learning. Selain itu, saya juga dianjurkan untuk mengajar sesuai dengan konsep psikolinguistik, yaitu Listening - Speaking - Reading - Writing. Konsep ini adalah konsep yang kita bawa sejak lahir. Sepertinya saya harus memahami dan mendalami konsep ini dan diaplikasikan pada saat proses belajar mengajar.

In short, mengajar itu tidak semudah yang dibayangkan. Kita perlu memahami siswa yang kita ajar agar stimulus dan responnya dapat berfungsi dengan baik dalam menyerap pelajaran. Semoga saya bisa belajar dari kekurangan-kekurangan yang terdahulu dan menjadi guru favorit para siswa dan patut diteladani. Aamiin. 
Doakan, ya, teman-teman =) 

Big thanks to Isshin dan Onii yang sudah mau mendengarkan curhatku ^_^

Sabtu, 20 Oktober 2012

SAHABAT SEJATI


Sahabat sejati setia menemani
Menghibur hati yang sedang sepi
Sahabat sejati setia mendengarkan
Setiap keluh kesah yang diungkapkan

Sahabat sejati begitu bermakna
Membuat langkah penuh makna
Sahabat sejati begitu berarti
Membuat hidup penuh arti

Ketika sedih melanda
Ia hadir dengan sejuta canda
Ketika bahagia menyapa
Ia hadir dengan sejuta tawa

Tanpa sahabat hidup menjadi suram
Tanpa sahabat hidup tak berwarna
Karena sahabat cahaya dalam malam
Karena sahabat sinar yang takkan sirna
(051207)

LELAKI TAK DIKENAL


Siapakah lelaki di ujung sana?
Sinar matanya menatapku tajam
Melangkah menuju cahaya cintaku

Langkahnya semakin dekat
Hentakannya begitu tenang
Mendebarkan degup jantungku

Dia, di hadapanku
Merengkuh jiwaku
Merebut cintaku

Dia, lelaki tak dikenal
Merebut cahaya cintaku
Menyisakan kegelapan untukku
(200508 / 10:14 pm)

BIRU


Biru
adalah hariku,
langkahku,
dan warnaku

Dulu,
Biru itu
Indah
Cerah
Ceria

Kini,
Biru itu
Kelam
Gelap
Pudar

Biru
adalah mimpi burukku
kenangan pahitku
dan
penantian yang membunuhku

Pelangi
pancarkanlah warna-warnimu
untuk menghiasi hidupku
dan berikanlah
birumu yang ceria
seperti yang dulu
(200508)

AKU DAN PENAKU


Pena mulai melangkah,
menari, dan berdendang
di atas panggung karya

Sepatu lancipnya berjalan
menapaki karpet putih
dengan jejak emasnya

Bebaskan aku dari belenggu hampa
Biarkan ku melangkah bersamanya
Biarkan ku menari bersamanya

Biarkan ku terbang ke angkasa
menggapai citaku
dengan penaku
(210508)

Rabu, 10 Oktober 2012

JAWABAN PSIKOLINGUISTIK (Abdul Chaer)


BAB I PENDAHULUAN
TUGAS DAN LATIHAN

1.        a.  Jelaskan yang dimaksud dengan kajian bahasa secara internal dan secara eksternal!
       b.  Mengapa diperlukan adanya kajian ilmu antardisiplin? Jelaskan!
       Jawab:
       a.  Kajian bahasa secara itnernal adalah kajian yang dilakukan terhadap struktur internal bahasa itu, mulai dari struktur fonologi, morfologi, sintaksis, sampai struktur wacana. Kajian secara eksternal adalah kajian yang berkaitan dengan hubungan bahasa itu dengan faktor-faktor atau hal-hal yang ada di luar bahasa, seperti faktor sosial, psikologi, etnis, seni, dan sebagainya.
       b.  Kajian  ilmu antardisiplin diperlukan untuk mengatasi berbagai persoalan dalam kehidupan manusia yang semakin kompleks.

2.        a.  Diskusikan dengan teman Anda mengapa istilah ilmu jiwa tidak dapat dipertahankan penggunaannya, sehingga harus diganti dengan istilah psikologi!
b.  Diskusikan dengan teman Anda konsep dasar tentang psikologi yang mentalistik, yang behavioristik, dan yang kognitifistik!
Jawab:
a.  Istilah ilmu jiwa tidak dapat dipertahankan penggunaannya karena bidang ilmu ini memang tidak meneliti jiwa atau roh atau sukma, sehingga istilah itu kurang tepat.
b.  Psikologi yang mentalistik mencoba mengkaji proses-proses akal manusia dengan cara mengintrospeksi atau mengkaji diri. Psikologi yang behavioristik mencoba mengkaji perilaku manusia yang berupa reaksi apabila suatu rangsangan terjadi, dan selanjutnya bagaimana mengawasi dan mengontrol perilaku tersebut. Psikologi yang kognitifistik mencoba mengkaji proses-proses kognitif manusia secara ilmiah.

3.        a.  Jelaskan tujuan utama seorang linguis mempelajari bahasa!
b.  Diskusikan mengenai pembidangan linguistik berdasarkan beberapa kriteria pembidangan!
c.  Bagaimana hubungan linguistik dengan psikolinguistik? Diskusikanlah!
Jawab:
a.  Seorang linguis mempelajari bahasa dengan tujuan utama untuk mengetahui secara mendalam mengenai kaidah-kaidah struktur bahasa, beserta dengan berbagai aspek dan segi yang menyangkut bahasa itu.
b.  Secara umum pembidangan linguistik itu terbagi tiga, yaitu:
     (1) Menurut objek kajiannya, yaitu linguistik mikro (struktur internal bahasa sebagai objek kajian) dan linguistik makro (kajian bahasa dalam hubungannya dengan faktor di luar bahasa).
     (2)   Menurut tujuan kajiannya, yaitu linguistik teoretis (ditujukan untuk mencari atau menemukan teori-teori linguistik dan membuat kaidah-kaidah linguistik secara deskriptif) dan linguistik terapan (ditujukan untuk menerapkan kaidah-kaidah linguistik dalam kegiatan praktis).
     (3)   Linguistik sejarah (mengkaji perkembangan dan perubahan suatu bahasa dan sejumlah bahasa) dan sejarah linguistik (mengkaji perkembangan ilmu linguistik baik mengenai tokoh-tokohnya, aliran-aliran teorinya, maupun hasil kerjanya).
c.  Linguistik dan psikologi sama-sama meneliti bahasa sebagai objek formalnya.

4.        a. Bahasa dapat menjadi objek kajian linguistik dan dapat juga menjadi objek kajian psikologi. Coba jelaskan di mana letak perbedaannya!
       b.  Mengapa dirasakan perlu adanya kajian bersama antara psikologi dan linguistik? Jelaskan!
       c.  Coba diskusikan dengan teman Anda apa yang menjadi tujuan utama dari kajian psikolinguistik!
       d.  Bantuan ilmu antardisiplin apalagi yang diperlukan untuk dapat menerangkan hakikat bahasa itu?
       Jawab:
a. Dalam linguistik objek kaliannya adalah struktur bahasa, sedangkan dalam psikologi yang dikaji adalah perilaku berbahasa atau proses berbahasa.
b.  Kajian bersama antara psikologi dan linguistik dirasakan perlu untuk mengkaji bahasa dan hakikat bahasa. Hal ini dikarenakan meskipun cara dan tujuannya berbeda, tetapi banyak jgua bagian-bagian objeknya yang dikaji dengan cara yang sama dan dengan tujuan yang sama, tetapi dengan teori yang berlainan. Hasil kajian kedua disiplin ini pun banyak yang sama, meskipun tidak sedikit yang berlainan.
c.  Tujuan utama dari kajian psikolinguistik secara teoretis adalah mencari satu bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara psikologi dapat menerangkan hakikat bahasa dan pemerolehannya.
d.  Bantuan ilmu antardisiplin yang diperlukan untuk dapat menerangkan hakikat bahasa, antara lain neurofisiologi, neuropsikologis, neurolinguistik, dan sebagainya.

5.        a.  Sebutkan dan jelaskan secara singkat mengenai subdisiplin dalam psikolinguistik!
b.  Subdisiplin psikolinguistik mana yang sangat diperlukan bantuannya dalam pengajaran bahasa? Jelaskan!
Jawab:
a.  (1)   Psikolinguistik teoretis: membahas teori-teori bahasa yang berkaitan dengan proses-proses mental manusia dalam berbahasa.
     (2) Psikolinguistik perkembangan: berkaitan dengan proses pemerolehan bahasa, baik pemerolehan bahasa pertama maupun bahasa kedua.
     (3)   Psikolinguistik sosial: berkenaan dengan aspek-aspek sosial bahasa.
     (4)   Psikolinguistik pendidikan: mengkaji aspek-aspek pendidikan secara umum alam pendidikan formal di sekolah.
     (5)   Psikolinguistik-Neurologi (Neuropsikolinguistik): mengkaji hubungan antara bahasa, berbahasa, dan otak manusia.
     (6)   Psikolinguistik Eksperimen: meliputi dan melakukan eksperimen dalam semua kegiatan bahasa dan berbahasa pada satu pihak dan perilaku berbahasa dan akibat berbahasa pada pihak lain.
     (7)   Psikolinguistik terapan: berkaitan dengan penerapan dari temuan-temuan enam subdisiplin psikolinguistik di atas ke dalam bidang-bidang tertentu yang memerlukannya.
b.  Subdisiplin psikolinguistik yang sangat diperlukan bantuannya dalam pengajaran bahasa adalah psikolinguistik pendidikan karena mengkaji aspek-aspek pendidikan secara umum dalam mengajar terutama pada pendidikan formal di sekolah.

6.        a.  Psikolinguistik “katanya” terbentuk dari psikologi dan linguistik. Cobalah bicarakan dengan teman Anda mengenai pendapat para pakar mana yang menjadi induk dari psikolinguistik itu!
       b.  Bagaimana tanggapan Anda mengenai masasalah tersebut?
       Jawab:
a.    Beberapa pakar berpendapat, psikolinguistik berinduk pada psikologi karena istilah itu merupakan nama baru dari psikologi bahasa (psyschology of language) yang telah dikenal beberapa waktu sebelumnya.
b.    Psikolinguistik memang berinduk pada psikologi karena psikologi seseorang akan mempengaruhinya dalam berbahasa.

7.        a.  Bicarakanlah dengan teman Anda mengenai masalah-masalah yang menjadi pokok bahasan psikolinguistik!
b.    Pokok bahasan mana yang sangat berkatian dengan pembelajaran bahasa? Jelaskan!
Jawab:
a.    Masalah-masalah yang mejadi pokok bahasan linguistik, antara lain:
(1)      Apakah sebenarnya bahasa itu? Apakah yang dimiliki oleh seseorang sehingga dia mampu berbahasa? Bahasa itu terdiri dari komponen-komponen apa saja?
(2)      Bagaimana bahasa itu lahir dan mengapa dia harus lahir? Di manakah bahasa itu berada atau disimpan?
(3)      Bagaimana bahasa pertama (bahasa ibu) diperoleh seorang kanak-kanak? Bagaimana perkembangan penguasaan bahasa itu? Di manakah bahasa kedua itu dipelajari? Bagaimanakah seseprang menguasai dua, tiga, atau banyak bahasa?
(4)      Bagaimana proses penyusunan kalimat atau kalimat-kalimat? Proses apakah yang terjadi di dalam otak waktu berbahasa?
(5)      Bagaimanakah bahasa itu tumbuh dan mati? Bagaimana proses terjadinya sebuah dialek? Bagaimana proses  berubahnya suatu dialek menjadi bahasa baru?
(6)      Bagaimanakah hubungan bahasa dengan pemikiran? Bagaimana pengaruh kedwibahasaan atau kemultibahasaan dengan pemikiran kecerdasan seseorang?
(7)      Mengapa seseorang menderita penyakit atau mendapatkan gangguan berbicara (seperti afasia), dan bagaimana cara menyembuhkannya?
(8)      Bagaimana bahasa itu harus diajarkan supaya hasilnya baik? dan sebagainya.

Pokok bahasan yang sangat berkaitan dengan pembelajaran bahasa adalah mengenai bagaimana bahasa itu harus diajarkan supaya hasilnya baik. Hal ini dikarenakan pembelajaran bahasa dapat dicapai dengan baik jika cara mengajarkannya juga baik, sehingga penting untuk mengetahui cara mengajarkan suatu bahasa.