tag:blogger.com,1999:blog-59174823211321119562024-03-13T10:02:37.678-07:00YUPHEHIMURAIlmu tidak akan luntur jika dibagikan kepada orang lain.Ayuyuhttp://www.blogger.com/profile/13307273344688152088noreply@blogger.comBlogger78125tag:blogger.com,1999:blog-5917482321132111956.post-28862104308394503272015-10-18T16:41:00.001-07:002016-02-15T19:05:45.799-08:00A cup of Coffee of Life<p dir="ltr">"Sesempurna apa pun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan."</p>
<p dir="ltr">Ya. Seperti hidup, kita pasti akan mengalami sisi pahit yang tidak terhindarkan. Namun, kopi tetap terasa nikmat meski memiliki sisi pahit, bukan? Begitu pula hidup, tetap berarti meski harus merasakan pahit.</p>
<p dir="ltr">Kopi tidak hanya mengandung rasa pahit, tapi juga meninggalkan kesan manis ketika menyesapnya. Sama halnya dengan hidup, seperti kata Jody dalam Filosofi Kopi karya Dee Lestari, "Walau tak ada yang sempurna, hidup ini begini indah adanya."</p>
<p dir="ltr">@yuphehimura</p>
Ayuyuhttp://www.blogger.com/profile/13307273344688152088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5917482321132111956.post-9222221168727512572015-09-08T01:38:00.001-07:002015-09-08T01:38:43.043-07:00Vampir Pengisap Pulsa<p dir="ltr">Saya bingung mau cerita apa untuk mengisi blog ini hari ini. Jadi saya memilih untuk curhat saja. :v</p>
<p dir="ltr">----</p>
<p dir="ltr">Tadi pagi saya coba beli paket PAS buat chatting, katanya sistem sedang sibuk. Diulang berkali-kali, jawabannya sama. Giliran cek pulsa, ternyata pulsanya sudah berkurang. Coba internetan, ternyata paketnya belum aktif. Pulsa saya berkurang per kB.</p>
<p dir="ltr">Saya coba lagi beli paket chatting harian, ada respons, saya jawab. Akhirnya masuk laporan kalau paketnya sudah aktif. Saya coba online, alhamdulillah lancar. Siangnya, saya coba online lagi tapi tidak bisa tersambung. Saya coba cek pulsa, pulsaku habis sepuluh ribu. Dasar vampir pengisap pulsa! Hiks T.T</p>
Ayuyuhttp://www.blogger.com/profile/13307273344688152088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5917482321132111956.post-55713853548123150302015-09-04T06:11:00.001-07:002015-09-04T06:11:36.472-07:00Kepada Kawanku yang Menjemput Mimpinya<p dir="ltr">Aku tahu kita bukanlah sahabat karib.<br>
Kita pun jarang menghabiskan waktu bersama.<br>
Aku bahkan tidak ikut melepaskan kepergianmu bersama kawan-kawan yang lain.<br>
Tapi ketahuilah, aku turut bahagia mendengar bahwa kau akan pergi menjemput mimpimu nun jauh di sana.</p>
<p dir="ltr">Engkau sungguh beruntung, kawan. <br>
Tuhan memberimu kesempatan yang tidak semua orang bisa merasakannya.<br>
Tuhan akhirnya meridhoi keberangkatanmu sebagai jawaban atas kerja kerasmu selama ini.</p>
<p dir="ltr">Aku tahu kau takkan menyia-nyiakannya.<br>
Aku yakin kau mampu mengharumkan nama bangsa kita di sana.<br>
Dan aku berharap semoga ilmu yang kaudapatkan mampu memajukan Indonesia tercinta.</p>
<p dir="ltr">Meski kita tak sempat bersua sebelum keberangkatanmu, kuharap doaku cukup untuk mendampingi setiap langkahmu.</p>
<p dir="ltr">Pergilah, kawan.<br>
Gapailah cita, raihlah asa.<br>
Sehatlah kau, sukseslah kau, bahagialah kau. <br>
Semoga ilmu yang kaudapatkan bermanfaat untuk dirimu dan untuk kita semua.<br>
Semoga Allah selalu membimbing langkahmu.<br>
Yakinlah, berkah-Nya selalu bersamamu.</p>
<p dir="ltr">Regards,<br>
Kawanmu yang masih berjuang untuk mimpinya sendiri.</p>
<p dir="ltr">Ki o tsukete :-*<br>
Ganbare yo~ \^o^/<br>
</p>
Ayuyuhttp://www.blogger.com/profile/13307273344688152088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5917482321132111956.post-90105511657825085662015-08-06T18:34:00.001-07:002015-08-06T18:34:14.044-07:00Postgraduate Degree for School Teachers in Indonesia is Not A Must<p dir="ltr">School teachers of English in Indonesia should not have a postgraduate degree. It is a fact that to be a teacher is not easy. The teacher has to complete a professional curriculum in a teacher education institution to get the certificate of teaching qualification as a proof that he/she has passed examinatons and gained a certain degree of knowledge in teaching English as Foreign Language (Rasyid, et al, 2015). The teacher also has to comprehend the areas of teacher competences which consist of pedagogical competence, professional competence, personality competence and social competence (BSNP Indonesia, 2015). However, having a postgraduate degree could not be considered as one of the qualification.  It is true that it is better than graduate degree, but it does not guarantee that one who has the postgraduate degree is more competent to be a teacher than the one with graduate degree. </p>
<p dir="ltr">Everybody knows that English subject that is learnt in schools contains the basic materials. It focuses on four language skills and four language elements. English Education scholars have learnt all of the materials related to the English subject for school students. It is enough to teach the students with the knowledge from graduate degree. They only have to comprehend the materials much better, so they can anticipate the students’ questions. they also need to practice using English more, so they will have many experiences to share, and can give a good example in practicing English to the students.</p>
<p dir="ltr">Another reason why postgraduate degree is not a must for school teachers of English in Indonesia is the presence of a program called Training of Teacher Profession. This program is specialised to graduate scholars who want to work as teachers. It is good to learn more about how to be a good teacher and how to make lesson plan, scoring rubrics, etc. They can also practice microteaching and many things that are needed in teaching and learning process in schools later. If this program can run well, good English teachers undoubtedly can be resulted.</p>
<p dir="ltr">Furthermore, to continue the study in postgraduate program is not cheap. It needs much money to register. In this case, not all of graduate scholars are able to continue their study. It is rather difficult to study in postgtaduate program when they still do not have a job. They may wish they could get a job easily by having a graduate degree. They might be smart or capable for teaching, but if the school teachers should have postgraduate degree, it means that the work field has lessened and they could not be considered to teach. So, it will be more difficult for them to continue their study if the work field is limited.</p>
<p dir="ltr">Lastly, one with graduate degree is enough to be qualified as a teacher. One only need to learn and practice more before teaching, so he/she can be more competent than before. In short, postgraduate degree does not need to become a teaching qualfication. One can consider to continue his/her study to the postgraduate program after becoming a teacher.<br><br></p>
<p dir="ltr">REFERENCES<br>
Rasyid, Muhammad Amin, et al. 2015. Getting insights Into The Perennial Truths of EFL Teaching-Learning Processes. The Perennial Truths: Introduction to TEFL, State University of Makassar, 27th July [Lecture Notes taken by Ayu Pertiwi, 2015].</p>
<p dir="ltr">BSNP Indonesia. 2015. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Available at: http://bsnp-indonesia. org/ ?page_id=107/ [Accessed August 2, 2015].</p>
Ayuyuhttp://www.blogger.com/profile/13307273344688152088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5917482321132111956.post-81968260810435627012015-06-18T23:09:00.001-07:002015-06-18T23:09:04.801-07:00Dia dan Seorang Pecundang<p dir="ltr">Kehadirannya bukan karena kebetulan. Dia diutus untuk menjemput seseorang yang selalu mengharapkan kedatangannya. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya ia mengunjungi orang itu. Ia selalu datang ke sana, memberi sinyal bahwa ia telah datang. Tapi sinyal itu terkadang tidak disadari oleh orang itu. Tak jarang pula ia berhadapan langsung dengannya, tapi orang itu malah abai. </p>
<p dir="ltr">Ketika ia lelah, ia pergi sejenak meninggalkan orang itu. Pada saat itu, orang tersebut kembali gelisah menantinya. Dia pun kembali diutus. Ketika ia datang lagi dengan membawa sesuatu yang lebih berat namun menjanjikan, orang itu malah kehilangan nyali, tidak berani mendekat selangkah pun. Orang itu hanya terus menatapnya dari jauh ketimbang mendekatinya. Orang itu tampak ragu. Ingin mendekat tapi takut keputusannya itu salah. Tapi juga tak ingin melepaskannya. </p>
<p dir="ltr">Setelah sekian lama, dia benar-benar lelah dengan sikap orang itu. Ia pun berlalu meninggalkan pecundang di belakangnya yang terlalu lama menimbang dalam kekhawatiran yang berlebihan. Dia yang pergi bernama KESEMPATAN.</p>
Ayuyuhttp://www.blogger.com/profile/13307273344688152088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5917482321132111956.post-82505588193230452072015-06-18T22:32:00.001-07:002015-06-18T22:32:30.001-07:00GAKKOU NO KAIDAN [Review Dorama/J-Drama] <p dir="ltr">Title: Gakkou no Kaidan, School's Staircase, 学校のカイダン<br>
Director: Seiichi Nagumo, Yuma Suzuki<br>
Writer: Tomoko Yoshida<br>
Cast: Suzu Hirose, Ryunosuke Kamiki, Anna Ishibashi Hana, Sugisaki Shotaro Mamiya, etc.<br>
Episode(s): 10<br>
Year: 2015<br>
Genre: School Life</p>
<p dir="ltr">SINOPSIS<br>
Dorama ini memfokuskan pada siswi yang bernama Tsubame Haruna (Diperankan Suzu Hirose) yang merupakan murid dari program beasiswa. Saat di rumah dia sangat bahagia, namun ketika di sekolah dia mengalami bully oleh anggota kelas atas yang dikenal bernama Platina. Dia dipaksa untuk menjadi ketua OSIS, namun jadi ketua tersebut ternyata malah membuat dia semakin menjadi pesuruh. Haruna Tsubame akhirnya bertemu dengan seorang pria yang menamakan dirinya sebagai Shizukui Kei (diperankan Ryunosuke Kamiki). Kei yang punya masa lalu dengan sekolahan tersebut akan membantu Tsubame dan membuktikan diri kepada mereka. </p>
<p dir="ltr">***</p>
<p dir="ltr">Story (10/10)</p>
<p dir="ltr">"Tidak ada tangga yang tidak bisa dinaiki."<br>
"Senjata yang paling kuat di dunia ini adalah kata-kata."</p>
<p dir="ltr">Itulah dua buah kalimat yang mengantarkan kisah ini dari episode ke episode.</p>
<p dir="ltr">Satu lagi dorama bertema pendidikan yang sangat layak ditonton oleh para pendidik, calon pendidik, dan terutama pelajar. Seperti halnya dengan Great Teacher Onizuka dan Dragon Sakura, Gakkou no Kaidan juga bercerita tentang bagaimana mengubah sekolah menjadi lebih baik dan menyenangkan. Uniknya, Gakkou no Kaidan tidak berfokus pada pengajar melainkan pada siswa. Dalam dorama ini, siswalah yang melakukan revolusi pada sekolahnya sendiri. Selain itu, kekuatan yang ditunjukkan pada drama ini dalam melakukan revolusi adalah keterampilan berbicara, meyakinkan orang lain, dan menggerakkan hati orang lain. The power of speech, kekuatan yang digunakan oleh revolusioner dalam sejarah yang menginspirasi tokoh utama untuk menggunakan pidato sebagai senjata untuk memperbaiki keadaan di sekolahnya.</p>
<p dir="ltr">Drama ini menceritakan tentang perjuangan Tsubame, seorang siswa pindahan penerima program khusus beasiswa yang terpilih menjadi ketua OSIS. Ia dan siswa program khusus lainnya seringkali dikerjai oleh kelompok siswa elit, Platina. Bahkan keberadaan OSIS di SMA Meiran telah bergeser menjadi pesuruh geng Platina. Bullying kerap terjadi di sekolah namun para guru menutup mata jika pelakunya adalah siswa elit.</p>
<p dir="ltr">Tsubame yang tidak sanggup melihat keadaan sekolahnya yang semakin "busuk" itu ingin mengubah sistem hirarki siswa di sekolahnya. Awalnya ia ketakutan seperti teman-teman lainnya yang pengecut dan hanya bisa diam dan selalu mengikuti kemauan Platina. Kenakalan apapun yang dibuat geng ini, mereka selalu dilindungi oleh guru-guru SMA Meiran karena donasi orang tuanya yang sangat tinggi terhadap sekolah. Tetapi setelah bertemu dengan Kei (orang asing yang dikira penguntit karena sering memperhatikan keadaan sekolah melalui teropongnya) yang mengajaknya untuk bersama-sama merevolusi sekolah, Tsubame akhirnya belajar untuk memiliki keteguhan hati dan siap melakukan perubahan. Meski tidak mengenal Kei, Tsubame akhirnya setuju untuk mengikuti semua Rencana Kei.</p>
<p dir="ltr">Anak tangga demi anak tangga berhasil dinaiki Tsubame dengan usaha kerasnya. Ia tetap berjuang meski tidak jarang ajakannya untuk melakukan perubahan ditolak oleh para siswa, terutama Platinum. Dan setiap menaiki satu anak tangga, ia pasti membawa sekutu yang terus bertambah, hingga akhirnya Platinum pun berhasil dibuatnya bergabung untuk melakukan revolusi. Diskriminasi sosial hilang, kesenjangan sosial terhapuskan, tidak ada lagi guru yang pilih-kasih. Semua itu berkat Kei yang mengajarkannya pidato sehingga setiap ucapan Tsubame mampu menyentuh hati pendengarnya dan tergerak untuk mengikuti tujuan baik Tsubame untuk memperbaiki keadaan di sekolah mereka.</p>
<p dir="ltr">Namun, kepercayaan teman-teman kepadanya hilang ketika ia ketahuan mendapat contekan pidato dari seseorang, yaitu Kei. Meski begitu, ia mengakui bahwa perasaan yang diungkapkannya ketika berbicara bukanlah kebohongan. Ia memang bertekad untuk mengubah sekolahnya. Saat itu Kei untuk pertama kalinya muncul di depan umum untuk membantu Minami mendapatkan kembali kepercayaan dari teman-temannya.</p>
<p dir="ltr">Setelah akhirnya kembali bersatu dengan teman-temannya, lawan Tsubame selanjutnya adalah guru. Guru yang membatasi pergerakan siswa, guru yang mematahkan harapan dan impian siswanya. Kei kembali membantu Tsubame menyadarkan sang guru. Musuh terakhir Tsubame dan para sekutunya adalah sang diktator, Honda Mizuki-sensei,ibu kepala sekolah. Tsubame berencana membuat Kepala Sekolah agar mengakui kesalahannya atas insiden yang dialami Kei 5 tahun lalu yang membuat Kei harus menggunakan kursi roda. </p>
<p dir="ltr">Tsubame akhirnya membuat Kepala Sekolah mengaku, namun tidak diduga, Kei malah menjatuhkan Kepala Sekolah di hadapan media yang mengakibatkan sekolah terancam tutup. Ternyata sejak awal Kei memang berniat untuk menghancurkan sekolah itu dan menjatuhkan Kepala Sekolah. Perjuangan terakhir yang harus dilakukan Tsubame dan sekutunya adalah mempertahankan SMA Meiran agar tidak ditutup dan dijual ke pihak lain. Dan atas usaha mereka--Tsubame beserta para guru dan siswa--akhirnya kebenaran atas insiden 5 tahun yang lalu terungkap dan membuka mata Kei yang telah dipenuhi oleh dendam.</p>
<p dir="ltr">Tokoh/Karakter (9/10)</p>
<p dir="ltr">Setiap tokoh mengalami konflik batin antara ingin mengikuti kata hatinya untuk memberontak atau pasrah menghadapi "kenyataan". Bahkan kelompok Platinum pun mempunyai masalahnya masing-masing, masalah yang membuat mereka menjadi pribadi seperti itu. Dan ketika masalahnya terselesaikan, mereka akhirnya bisa menjadi pribadi yang lebih bersahabat.</p>
<p dir="ltr">- Shizukui Kei, karakternya blak-blakan, lucu, dan cerdas. Konflik batin yang dirasakannya membuat kerapuhan yang coba disembunyikan dibalik sifat cerewetnya akhirnya terlihat di raut wajahnya. Namun, Tsubame berhasil mengembalikan keceriaannya.</p>
<p dir="ltr">- Haruna Tsubame, sebenarnya ia juga termasuk pengecut. Ketika SMP, ia ikut menertawakan temannya yang dibully meskipun ia sebenarnya tidak tega. Namun karena ingin diterima oleh teman-teman lainnya, ia pun ikut mengejek. Setelah masuk SMA dia sadar kalau itu adalah perbuatan yang keliru. Karena tidak tahan dengan bullying yang membuat para siswa selalu takut berekspresi, Tsubame bertekad untuk bangkit dan memberi pelajaran bagi Platina.</p>
<p dir="ltr">(Tokoh lainnya ada pada gambar :D)</p>
<p dir="ltr">Overall (9.5/10)<br>
Very recommended! Terutama bagi pelajar dan pendidik. Dorama yang serius tapi santai :D Pokoknya bikin betah nontonnya.</p>
<p dir="ltr">List of Episodes:<br>
Episode 01: The Beginning<br>
Episode 02: Organising the rebels<br>
Episode 03: Protecting the fort against enemy attack<br>
Episode 04: Kicking out the rotten teacher<br>
Episode 05: Turn around the squirming, cowardly class<br>
Episode 06: Invade the enemies' territory and defeat the Platinum Federation!<br>
Episode 07: Fall down the stairs!<br>
Episode 08: Clobber the teacher who lack conviction!<br>
Episode 09: Use your army to crush the dictator oppressing the school!<br>
Episode 10: Final battle</p>
<p dir="ltr">Komentar Pribadi:<br>
- Karakter Kei yang cerewet dan lucu dalam mengungkapkan gagasannya sangat apik dibawakan oleh Ryunosuke Kamiki. Setelah berhasil memerankan Soujiro Seta dalam Samurai X, ia juga berhasil memerankan karakter Kei dalam serial TV ini. Saya jatuh cinta dengan kemampuannya dalam berakting. Tidak sabar untuk menantikan perannya sebagai Takagi dalam bakuman LA. Semoga tidak mengecewakan :D</p>
<p dir="ltr">- Beberapa adegan membuat saya menyadari kondisi yang sama di sekolah kita: ikut menertawakan teman yang sedang dibully padahal dalam hati sebenarnya tidak ingin ikut-ikutan. Tapi karena ingin diterima oleh teman-teman yang lain, terkadang kita ikut membully orang itu. What a shame! :')</p>
<p dir="ltr">- Boleh dikatakan bahwa dorama ini menampilkan cara mendapatkan teman dan mempengaruhi orang lain, seperti judul buku karya Dale Carnegie, "How to Win Friends and Influence People". </p>
<p dir="ltr">QUOTES:</p>
<p dir="ltr">"Protecting someone's freedom doesn't mean you have to lose your own!"</p>
<p dir="ltr">"If you want to become an adult quickly, you have to live more carefully."</p>
<p dir="ltr">"Please teach us! Even if we can't be successful, teach us how to live right! What's the best way for clumsy children like us to live?"</p>
<p dir="ltr">"Yesterday's enemy is tomorrow's ally. A true tactician knows how to change their strategy to suit the tactical situation."</p>
<p dir="ltr">"This world we live in is made up of 'haves' and 'have nots'. That disparity won't go away."</p>
<p dir="ltr">"When you see thorns on your child's path, you carefully pick them up one by one and say, 'it's fine now'. You give them so many things, and you are glad that they can walk with freedom. Why don't you realize? To the children, what you're telling them every day is, 'you can't do anything'." </p>
<p dir="ltr">"You have to want to be yourself. The way you are now, do you like yourself?"</p>
<p dir="ltr">"You told me before that men just want to be popular, right? Women are much more greedy. They want to be more loved than anyone else."</p>
<p dir="ltr">"People who don't love themselves won't be loved by anyone else!"</p>
<p dir="ltr">"When we're children, teachers ask us what we want to be and tell us to dream. But when we reach high school and approach adulthood, they say we shouldn't daydream and we should face reality."</p>
<p dir="ltr">"The moment you become an adult, you learn to give up. That's what you learn so you can be an adult."</p>
<p dir="ltr">" 'It's impossible anyway' is all you ever say to us and all we ever learn. Well then, instead of telling us it's impossible, we want you to teach us how to make it possible."</p>
<p dir="ltr">"Passion and dreams give us the power to live."</p>
<p dir="ltr">"You may not remember the people you've stepped on, but the ones you stepped on never forget!"<br></p>
<p dir="ltr">References:<br>
-http://asianwiki.com/Gakko_no_Kaidan_(Japanese_Drama)<br>
- http://film-enthusiast.blogspot.com/2015/03/gakko-no-kaidan-quotes.html?m=1<br>
-http://www.shinokun.org/gakko-no-kaidan-2015-episode-01-02-sub-i.xhtml</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEji8ybsLinbCcXK6F8xKuoebfpZA7BX6LiN18IcUvEapKK9_bHqtjjj5hyphenhyphenFtHdlqseaYpwknIJuP5p8pvJBVhnvgFglaZiiyjmZGDFIYqCtaYFKRKI1i7pnJsqNwhigc63daW_5qK5P4EU/s1600/PhotoGrid_1434557202755.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEji8ybsLinbCcXK6F8xKuoebfpZA7BX6LiN18IcUvEapKK9_bHqtjjj5hyphenhyphenFtHdlqseaYpwknIJuP5p8pvJBVhnvgFglaZiiyjmZGDFIYqCtaYFKRKI1i7pnJsqNwhigc63daW_5qK5P4EU/s640/PhotoGrid_1434557202755.jpg"> </a> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8uQSDMvWJWwbHxWByf3-VBXddJEiTZIm9FadJaQZg2tEA8l4Vs039MKa9A9TT3UXdyCss6YpEQiPeY8-mA8dFzC9BTfzAngxcM2I3joz6gZkJa7ZjipVxT0oE9qExjlKxiVTyM404-8Q/s1600/Screenshot_2015-06-15-17-55-28.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8uQSDMvWJWwbHxWByf3-VBXddJEiTZIm9FadJaQZg2tEA8l4Vs039MKa9A9TT3UXdyCss6YpEQiPeY8-mA8dFzC9BTfzAngxcM2I3joz6gZkJa7ZjipVxT0oE9qExjlKxiVTyM404-8Q/s640/Screenshot_2015-06-15-17-55-28.png"> </a> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2tT6hBzVWr3dlCIQpruF94Qk4GEqf-F29ng0Z05XeMVzzsHaCK-660oElslCNHnxATzbRqgbxHgApSr0ISDMAuLIrdyyReLb8rScYLwOLCBfMLwxWqMi1dINwBVmnYRt0InnmuzHCApw/s1600/PhotoGrid_1434557424790.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2tT6hBzVWr3dlCIQpruF94Qk4GEqf-F29ng0Z05XeMVzzsHaCK-660oElslCNHnxATzbRqgbxHgApSr0ISDMAuLIrdyyReLb8rScYLwOLCBfMLwxWqMi1dINwBVmnYRt0InnmuzHCApw/s640/PhotoGrid_1434557424790.jpg"> </a> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiElDqeRCSn-xdVPvn5dl-H5kfpsKZZ4OGD3YjLi-xxaeFaV-Mr-3Y0tuV8lTUOvVMt-_C_eJVcKGjuI06hhr1GAZy-NLphyn-3dA8munDww2IundwKr8BR8bC2zHRlRa5oB8aldl30Ec/s1600/PhotoGrid_1434585130590.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiElDqeRCSn-xdVPvn5dl-H5kfpsKZZ4OGD3YjLi-xxaeFaV-Mr-3Y0tuV8lTUOvVMt-_C_eJVcKGjuI06hhr1GAZy-NLphyn-3dA8munDww2IundwKr8BR8bC2zHRlRa5oB8aldl30Ec/s640/PhotoGrid_1434585130590.jpg"> </a> </div>Ayuyuhttp://www.blogger.com/profile/13307273344688152088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5917482321132111956.post-54757480506445439682015-06-10T18:55:00.001-07:002015-06-10T19:06:49.368-07:00Rupa yang Mengembalikan Memori Masa Silam<p dir="ltr">Kawan-kawanku berkata wajahku cukup mirip dengan seorang artis korea. Karena tidak mengenal artis yang dimaksud, aku pun mencari fotonya via Google. Memang, pada beberapa foto, aku akui kami cukup mirip (bukan bermaksud narsis, lho). Tetapi ada yang mengganjal ketika melihat foto-foto itu. Rasanya seperti ada seseorang yang lebih mirip dengannya. </p>
<p dir="ltr">Kucoba berpikir keras. Membayangkan wajah beberapa kerabatku yang berpipi tembem. Dua hari aku penasaran dengan sosok tersebut. Aku mengais-ngais pikiran bawah sadarku dan akhirnya menemukan sekeping memori tentangnya. Dia adalah kakak kelasku ketika SMA. Kalau diingat-ingat lagi, ketika aku menjadi siswa baru, beberapa senior memang sering menjulukiku sebagai saudara kembar perempuan ini. </p>
<p dir="ltr">Menyadari bahwa perempuan yang kuanggap mirip dengan si artis ternyata adalah dia, itu berarti aku memang mirip dengannya, dan kami berdua mirip dengan si artis. Tiba-tiba saja aku merasa kesal karena teringat masa lalu. Di satu sisi, aku gembira karena perempuan dan artis yang dikatakan mirip denganku itu cantik-cantik. Tapi, sejak mengetahui kenyataan bahwa lelaki yang kini menjadi pasanganku ternyata pernah menyukai perempuan itu, aku menjadi tidak suka dikatakan mirip dengannya.</p>
<p dir="ltr">Aku pernah menerima teror dari seseorang yang sakit hati padaku. Katanya, kekasihku mendekatiku karena aku mirip dengan kakak kelas itu (aku tidak ingin menyebutkan namanya. Bagi yang mengenalku pasti mengetahuinya tanpa perlu kusebutkan). Itu membuatku terluka. Walaupun aku tahu, kekasihku tidak melakukan hal itu karena dia tidak pernah menganggapku mirip dengan perempuan itu. Tapi mendengar lelaki itu mengatakan hal seperti itu, aku berpikir mungkin bukan hanya dia yang beranggapan seperti itu.</p>
<p dir="ltr">Sampai saat ini aku masih saja kesal. Bukan kesal pada perempuan itu, tapi kesal pada rumor yang mengatakan aku hanyalah pelarian bagi kekasihku yang pernah ditolak olehnya. Kekasihku jujur menceritakan tentang perasaannya pada perempuan itu dulu. Dan aku, pada tahun pertama kebersamaan kami, berusaha menyingkirkan rasanya yang masih tertinggal untuk perempuan itu.</p>
<p dir="ltr">Dia memilihku sebagai kekasihnya. Dia mencintaiku sebagai sebenarnya aku, bukan sebagai seseorang yang dianggap mirip dengan perempuan itu, dan bukan pula sebagai perempuan itu. Tidak dapat dipungkiri, pasti masih ada sedikit rasa yang tertinggal ketika kami baru bersama, dia mengakuinya. Tapi dia telah berjuang untuk menghapus rasa itu demi diriku. Dan kini, aku telah bertahta di hatinya, seutuhnya.</p>
<p dir="ltr">Oh, aku malah terpaku dengan sepotong memori itu. Bagaimanapun, ada sedikit rasa senang dikatakan mirip dengan artis itu walaupun perempuan itu jauh lebih mirip dengannya. Bukan senang karena mirip artis, tapi senang karena itu artinya aku termasuk perempuan yang cantik. Haha. Lupakan saja.</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiE1R-3Afz9M29B3yhj1c-6sx5IrTswUW2rkr2NWmgJ6VDY8_I7Q5lIJRzS1adD7JhpvhB3WU2usW0OcjSEWf1OdESK8nNYeqDikqZnansxqH3YK_X6oWDoGCO8_nLSFzd3oqPS7o2Bx5o/s1600/Park_Shin-Hye-p2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiE1R-3Afz9M29B3yhj1c-6sx5IrTswUW2rkr2NWmgJ6VDY8_I7Q5lIJRzS1adD7JhpvhB3WU2usW0OcjSEWf1OdESK8nNYeqDikqZnansxqH3YK_X6oWDoGCO8_nLSFzd3oqPS7o2Bx5o/s640/Park_Shin-Hye-p2.jpg"> </a> </div>Ayuyuhttp://www.blogger.com/profile/13307273344688152088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5917482321132111956.post-71887299460278762702015-06-01T07:23:00.001-07:002015-06-01T07:24:16.801-07:00TEDUH<p dir="ltr">Senyummu adalah teduh<br>
Menyejukkan segala peluh<br>
Menjernihkan hati yang keruh<br>
Hingga hilanglah semua keluh.</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEill5L2QEMhAOdYNqdGW5tAOEZ3udd3j5QSPsZ3b6r_wbYcfYsLINz28v6DaPYCERQdMmH9GLlNWcL1F44pK4upqd086cNTWVRlHgBpWwyfUyMg6MH_R7-hDsfc4nhSg70W1D6DRLcoWMI/s1600/FB_IMG_1433168603960.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEill5L2QEMhAOdYNqdGW5tAOEZ3udd3j5QSPsZ3b6r_wbYcfYsLINz28v6DaPYCERQdMmH9GLlNWcL1F44pK4upqd086cNTWVRlHgBpWwyfUyMg6MH_R7-hDsfc4nhSg70W1D6DRLcoWMI/s640/FB_IMG_1433168603960.jpg"> </a> </div>Ayuyuhttp://www.blogger.com/profile/13307273344688152088noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5917482321132111956.post-29297049751123631312015-05-16T22:01:00.001-07:002015-05-16T22:07:07.149-07:00JUGEMU<p dir="ltr">Bagi teman-teman yang sudah lama mengikuti anime Gintama, mungkin pernah menonton episode tentang Jugemu. Dalam episode tersebut diceritakan tentang seorang monyet yang diberi nama yang super panjang oleh Kyubei-san.</p>
<p dir="ltr">Nama monyet itu adalah Jugemu Jugemu Unko Nage Ki Ototoi no Shin-chan no Pantsu Shinpachi no Jinsei Balmunk Fezarion Isaac Schneider San Bun no Ichi Junjyou na Kanjyou no Nokotta San Bun no Ni wa Sakamuke ga Kininaru Kanjyou Uragiri wa Boku no Namae wo Shitteiruyou de Shinranai no wo Boku wa Shitteiru Rusu Surume Medaka Kazuno Kokoedame Medaka….Kono Medaka wa saki no to wa Chigau Yatsu Dakara Ikeno Medaka no Hou Dakara Raa-yuu yuuteimiouki Mukou Pepepepepepepepepepepepe Bichiguso Maru.</p>
<p dir="ltr">(in English: Jugem-Jugem Poop Throwing Machine Shin-chan’s Day Before Yesterday Underwear Shinpachi’s Life Balmunk Fezarion Isaac Schneider One Thirds Pure Feeling Two Thirds Worried-Over-A-Hangnail Feeling Though Betrayal Knows My Name Or Does It? I Know The Unknown The Cuttlefish Tastes Kind Of Different Than It Did Last Time Because It Was Caught Near The Pond And Served With Oil From A Hoofed Mammal, Pepepepepepepepepepepe Take Care From Here On In Please And Finally The End Bichigu Somaru).</p>
<p dir="ltr">Jika Anda membaca artinya nama ini tentu terdengar sangat aneh. Tapi wajar saja aneh karena Gintama ini memang merupakan anime komedi.</p>
<p dir="ltr">Tapi tahukah Anda bahwa kisah Jugemu di Gintama ini ternyata terinspirasi dari dongeng zaman dahulu di Jepang yang diceritakan oleh Rakugoka (seorang pencerita rakugo)? Rakugo sendiri adalah seni bercerita tradisional Jepang yang mengisahkan cerita humor dengan klimaks yang tidak terduga yang membuat penonton tertawa. Seni Rakugo mulai dikenal sejak zaman Edo.</p>
<p dir="ltr">Dalam dongeng aslinya diceritakan tentang sepasang suami-istri yang bingung memikirkan nama untuk anaknya. Mereka lalu mengunjungi seorang pendeta untuk meminta saran nama yang baik untuk anaknya agar sang anak berumur panjang dan hidup sejahtera. Pendeta pun menyarankan beberapa nama untuk anak tersebut. Karena masih merasa ada yang kurang dari nama tersebut, mereka terus meminta nama lain sebagai pertimbangan. Pada akhirnya mereka tidak dapat menentukan salah satu dari sekian nama tersebut. Pasangan itu lalu memutuskan untuk memakai semua nama yang disarankan oleh pendeta.</p>
<p dir="ltr">Nama tersebut adalah: Jugemu Jugemu Gokō-no surikire Kaijarisuigyo-no Suigyōmatsu Unraimatsu Fūraimatsu Kuunerutokoro-ni Sumutokoro Yaburakōji-no burakōji Paipopaipo Paipo no-shūringan Shūringan-no Gūrindai Gūrindai-no Ponpokopī-no Ponpokonā-no Chōkyūmei-no Chōsuke (寿限無、寿限無 五劫の擦り切れ 海砂利水魚の 水行末 雲来末 風来末 食う寝る処に住む処 やぶら小路の藪柑子 パイポパイポ パイポのシューリンガン シューリンガンのグーリンダイ グーリンダイのポンポコピーのポンポコナーの 長久命の長助).</p>
<p dir="ltr">Sang anak pun tumbuh dengan baik dan sehat. Suatu ketika ia sedang bermain dan terlibat perkelahian dengan Kin-chan, salah seorang temannya. Ia memukul hingga kepala temannya benjol. Kin-chan lalu pergi melaporkan kejadian itu kepada orang tua Jugemu. </p>
<p dir="ltr">"Huwaa! Jugemu Jugemu Gokō-no surikire Kaijarisuigyo-no Suigyōmatsu Unraimatsu Fūraimatsu Kuunerutokoro-ni Sumutokoro Yaburakōji-no burakōji Paipopaipo Paipo no-shūringan Shūringan-no Gūrindai Gūrindai-no Ponpokopī-no Ponpokonā-no Chōkyūmei-no Chōsuke memukul kepalaku hingga benjol," kata Kin-chan.</p>
<p dir="ltr">"Apa? Anak kami Jugemu Jugemu Gokō-no surikire Kaijarisuigyo-no Suigyōmatsu Unraimatsu Fūraimatsu Kuunerutokoro-ni Sumutokoro Yaburakōji-no burakōji Paipopaipo Paipo no-shūringan Shūringan-no Gūrindai Gūrindai-no Ponpokopī-no Ponpokonā-no Chōkyūmei-no Chōsuke memukulmu hingga membuat kepalamu benjol? Maafkan aku! Sayang, kau dengar itu? Jugemu Jugemu Gokō-no surikire Kaijarisuigyo-no Suigyōmatsu Unraimatsu Fūraimatsu Kuunerutokoro-ni Sumutokoro Yaburakōji-no burakōji Paipopaipo Paipo no-shūringan Shūringan-no Gūrindai Gūrindai-no Ponpokopī-no Ponpokonā-no Chōkyūmei-no Chōsuke memukulnya di sebelah sini dan membuat kepalanya benjol."</p>
<p dir="ltr">"Benarkah? Anak kami Jugemu Jugemu Gokō-no surikire Kaijarisuigyo-no Suigyōmatsu Unraimatsu Fūraimatsu Kuunerutokoro-ni Sumutokoro Yaburakōji-no burakōji Paipopaipo Paipo no-shūringan Shūringan-no Gūrindai Gūrindai-no Ponpokopī-no Ponpokonā-no Chōkyūmei-no Chōsuke melakukan itu? Lebih baik kita panggil Jugemu Jugemu Gokō-no surikire Kaijarisuigyo-no Suigyōmatsu Unraimatsu Fūraimatsu Kuunerutokoro-ni Sumutokoro Yaburakōji-no burakōji Paipopaipo Paipo no-shūringan Shūringan-no Gūrindai Gūrindai-no Ponpokopī-no Ponpokonā-no Chōkyūmei-no Chōsuke kemari dan menyelesaikan masalah ini. Bisa kulihat benjolnya, Kin-chan?</p>
<p dir="ltr">"Anda terlalu lama berbicara! Benjolnya sudah turun (mengempis)!"</p>
<p dir="ltr">Cerita ini masih sering diperdengarkan kepada anak-anak. Menurut Wikipedia, salah satu buku dongeng di Amerika mempublikasikan cerita berjudul "Tikki-Tikki Tembo" yang katanya berasal dari dongeng Cina. Namun, ceritanya lebih mirip dengan Jugemu daripada cerita dari budaya Cina dan kemungkinan cerita tersebut disalin dari kisah Jugemu.</p>
<p dir="ltr">Di Jepang, nama Jugemu ini dijadikan permainan kata oleh anak-anak Jepang. Kalau tidak salah, Jugemu bahkan dibuatkan lagu untuk mempermudah anak-anak untuk mengingatnya. [AP]</p>
<p dir="ltr">(*) Tambahan:</p>
<p dir="ltr">Berikut merupakan makna dari setiap nama sang anak:</p>
<p dir="ltr">Jugemu: Limitless life<br>
Go-Kō-no-Surikire: Length of time it takes to break a rock in two merely by rubbing it gently occasionally (approx. 20 billion years)<br>
Kaijari-suigyo: Gravel in the sea, fish in the water (limitless things)<br>
Suigyō-matsu Unrai-matsu Fūrai-matsu: Where water goes, where clouds and wind come from (things with neither beginning nor end)<br>
Kū-Neru Tokoro ni Sumu Tokoro: Place to eat and sleep, place to live (vital things for humans)<br>
Yaburakōji no Burakōji: verbal Riffs on yabukōji (Ardisia japonica), a hardy plant which sprouts leaves in spring, flowers in summer, fruits in the autumn, and goes red to guard against frost in the winter<br>
Paipo: Allegedly a kingdom in ancient China<br>
Shūringan: Long-lived king of Paipo<br>
Gūrindai: Long-lived concubine of Shūringan<br>
Ponpokopii: Long-lived eldest daughter of Shūringan and Gūrindai<br>
Ponpokonā: Long-lived younger sister of Ponpokopii<br>
Chōkyūmei: Very long life<br>
Chōsuke: Just a regular boy's name, although the chō means "long" (implying "-lived")</p>
<p dir="ltr">Referensi:<br>
No-Sword [http://no-sword.jp/blog/2008/08/jugemu.html]<br>
Web Japan [http://web-japan.org/kidsweb/archives/cool/03-12/jugemu.html]<br>
Wikia [http://gintama.wikia.com/wiki/Jugem_Jugem]<br>
Wikipedia [http://en.m.wikipedia.org/wiki/Jugemu]<br>
Wikipedia [http://id.m.wikipedia.org/wiki/Rakugo]</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqvK_DaejYZWX-r8tRv3v6oeCmsUP-EiYDYgla6mDqaLVnWJGerBj2hgGI7KCXjEYcN-U98JbKiRsuLcD5_lO8ZkokcLZt3CM-kuA7D1ixhx9NXEg4leZmldnzUH30zIS5oUjQFpGLM-I/s1600/report_66-01.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqvK_DaejYZWX-r8tRv3v6oeCmsUP-EiYDYgla6mDqaLVnWJGerBj2hgGI7KCXjEYcN-U98JbKiRsuLcD5_lO8ZkokcLZt3CM-kuA7D1ixhx9NXEg4leZmldnzUH30zIS5oUjQFpGLM-I/s640/report_66-01.jpg"> </a> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxtSNNwOxrrcq3eFuI9oAndWb1ATFOV0yKBVHrGSwHLtVZ-aaLvhaBTG-ykcA5Aflep-iz9Mpt_MfwkZQcwrdyl_JbaI198NMPaYJQP4GzRxCeVZxK6QNuuLjU78tKN112yETll6MCAbE/s1600/Rakugo-performance.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxtSNNwOxrrcq3eFuI9oAndWb1ATFOV0yKBVHrGSwHLtVZ-aaLvhaBTG-ykcA5Aflep-iz9Mpt_MfwkZQcwrdyl_JbaI198NMPaYJQP4GzRxCeVZxK6QNuuLjU78tKN112yETll6MCAbE/s640/Rakugo-performance.jpg"> </a> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQvtpuCMZfkfFVFYJqmZT6VyVT0JtvvEz-FWHOqyD7tar2opw2ay8vZ-WxcDo4LaldvA0Vib36xVp-KrGP4v4gxY-gYb1FfDGQOgiVbbjumEEa0sSlyfLXxfhWpeGSHNJCm7ZSgxqhw0c/s1600/Rakugo.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQvtpuCMZfkfFVFYJqmZT6VyVT0JtvvEz-FWHOqyD7tar2opw2ay8vZ-WxcDo4LaldvA0Vib36xVp-KrGP4v4gxY-gYb1FfDGQOgiVbbjumEEa0sSlyfLXxfhWpeGSHNJCm7ZSgxqhw0c/s640/Rakugo.jpg"> </a> </div>Ayuyuhttp://www.blogger.com/profile/13307273344688152088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5917482321132111956.post-41080818144451452552015-03-05T20:28:00.001-08:002015-03-05T20:28:54.792-08:00Kesuksesan sebagai Ajang Kompetisi<p dir="ltr">Setiap orang pasti mengharapkan kesuksesan untuk dirinya sendiri, namun tidak semua orang mendoakan kesuksesan bagi orang lain. Mungkin terdengar kejam, tapi itulah faktanya. </p>
<p dir="ltr">Disadari atau tidak, kita dihadapkan pada kompetisi yang tak terlihat. Pada kompetisi itu, semua orang berlomba-lomba mencapai puncak kejayaan. Yang menjadi perbedaan adalah beberapa di antara mereka ada yang berlari sendiri, dan ada pula yang bergandengan tangan.</p>
<p dir="ltr">Dia yang berjalan sendirian merasa langkahnya jauh lebih ringan karena tidak perlu menggandeng orang lain yang mungkin hanya akan menghambat gerakannya. Sementara mereka yang berjalan bersama-sama merasa langkahnya jauh lebih kuat karena saling menopang dan saling mendoakan satu sama lain. Mungkin peluang mereka yang bergandengan terlihat lebih kecil dibandingkan yang berjalan sendirian. Tapi sebenarnya peluang mereka sama besar selama usaha dan doa mereka tidak pernah putus. </p>
<p dir="ltr">Masing-masing dari kita berhak memilih untuk berjalan sendirian atau pun bersama karena sesungguhnya yang terpenting dari perjalanan ini adalah prosesnya. Tapi, jika seseorang memutuskan untuk berjalan sendirian karena takut tersaingi atau pun dilampaui oleh orang lain, sesungguhnya itu adalah sebuah pemikiran yang picik. Bukankah Tuhan telah membagikan rezeki-Nya dengan seadil-adilnya? Bukankah jika kita mampu mendorong orang lain menuju puncak kesuksesan--tidak peduli orang yang kita sokong itu melupakan jasa-jasa kita atau tidak--akan menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri bagi kita? </p>
<p dir="ltr">Sebelum kita berjalan terlalu jauh, kita perlu berhenti sejenak untuk merenungi dan meluruskan niat kita. Tidak perlulah kita mengharapkan pujian dari orang lain sementara hati kita menyimpan riya', karena sesungguhnya itu hanya akan menghapuskan amalan-amalan baik yang telah kita tabung untuk hari kebangkitan kelak.</p>
<p dir="ltr">Sesungguhnya, membantu dan mendoakan orang lain demi kebaikan mereka dan ummat tentu akan mrndatangkan amal jariyah bagi kita jika kita mau berpikir.</p>
<p dir="ltr">Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita dan selalu memberikan petunjuk dan ridho-Nya dalam setiap langkah kita.</p>
<p dir="ltr">Wallahu a'lam bisshawaab.</p>
Ayuyuhttp://www.blogger.com/profile/13307273344688152088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5917482321132111956.post-91147953354445975492015-02-24T02:14:00.001-08:002015-02-24T02:55:46.946-08:00Demi Orangtua Kami<p dir="ltr">Kepada Anda yang sedang bertugas.</p>
<p dir="ltr">Anda pasti tahu seperti apa rasanya menunggu. Dan kami yakin, Anda tidak suka dibuat menunggu. Tapi mengapa Anda malah selalu ingin ditunggu? Kami sama seperti Anda: tak suka menunggu.</p>
<p dir="ltr">Anda pasti tahu seperti apa perasaan orangtua yang harap-harap-cemas menanti pesta kelulusan anaknya. Memang, kami sudah lulus secara resmi dan orangtua kami berbahagia--meski kami sudah terlambat setahun. Tapi memakai toga dan jubah pun adalah sebuah bentuk terima kasih kami untuk dipersembahkan kepada orangtua kami yang ingin mendampingi di hari bersejerarah itu. Lalu, Anda dengan mudahnya berkata tidak mengapa jika kami tidak ikut wisuda kali ini. Anda bilang kami baru bisa wisuda pada wisuda angkatan selanjutnya. Padahal kami sudah melewati yudisium beberapa waktu yang lalu. Betapa teganya Anda membuat kami menunggu. Betapa teganya Anda mengecewakan harapan kedua orangtua kami.</p>
<p dir="ltr">Kepada Anda yang bertanggung jawab, kami mohon segerakanlah. Kami tahu pekerjaan Anda tidak mudah. Tapi tolong bekerjalah tepat waktu. Kami bersedia membantu jika Anda butuh. Tapi Anda melarang. Kami maklum, dulu ada orang yang memanipulasi nilainya dengan motif membantu Anda. Tapi berusahalah, sementara kami mendoakan. Bukankah semua ini menjadi terlambat karena Anda tidak fokus pada pekerjaan Anda sendiri--datang dan pergi seenaknya pada jam kerja. Lalu sekarang Anda mau melemparkan akibatnya kepada kami? </p>
<p dir="ltr">Kami tidak tahu apa yang Anda kerjakan di luar sana. Tapi tolong jangan mengesampingkan kami yan menunggu berjam-jam hanya demi selembar kertas.</p>
<p dir="ltr">Jika Anda tidak bersedia bekerja demi kami, kerjakanlah demi orangtua-orangtua kami yang telah membiayai pendidikan kami.</p>
<p dir="ltr">Kepada Anda yang bertugas, bekerjalah dengan baik agar kampus ini dapat dibanggakan berkat kinerja Anda.</p>
<p dir="ltr">Surat ini kami kirimkan karena kami menyayangi kampus kami, bukan karena membenci Anda. Kami bahkan tak ingin Anda kehilangan pekerjaan. Dan kami juga tak ingin hal yang terjadi pada kami juga menimpa adik-adik angkatan kami. </p>
<p dir="ltr">Sampaikan salam kami kepada keluarga Anda. Semoga anak-anak Anda kelak tidak dipersulit seperti kami ketika kuliah nanti.</p>
<p dir="ltr">Salam hormat,<br>
Dari kami yang ingin membahagiakan kedua orangtua.</p>
<p dir="ltr">(23.02.2015)</p>
Ayuyuhttp://www.blogger.com/profile/13307273344688152088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5917482321132111956.post-85323968749257742892015-02-24T02:12:00.001-08:002015-02-24T03:42:34.878-08:00Cinta dalam Cermin<p dir="ltr">Dalam sebuah komik, aku menemukan sebuah kutipan manis:<i> "Manusia itu seperti cermin. Jika kau tersenyum, orang lain juga akan tersenyum padamu."</i></p>
<p dir="ltr">Kubacakan kutipan itu kepada teman-temanku. Kemudian, salah satu dari mereka bertanya, "Bagaimana dengan cinta? Apa jika aku mencintai seseorang, maka cintaku akan terbalaskan?"</p>
<p dir="ltr">"Lagi-lagi soal cinta," ujar teman-teman yang lain sambil nyengir. Temanku yang satu itu memang senang membahas tentang cinta. Tapi anehnya, aku belum pernah melihat seorang perempuan yang berhasil membuatnya jatuh hati.</p>
<p dir="ltr">Sambil memasukkan komik itu ke dalam tas, aku menjelaskan, "Jika cermin itu jernih, cintamu bisa saja terbalaskan. Tapi jika cermin itu buram, dia tidak mampu menyerap rasa cinta sedalam yang kau rasakan untuk dipantulkan kembali padamu." Tanpa sengaja kami bersitatap setelah aku memakai ranselku kembali.</p>
<p dir="ltr">"Jika cermin itu buram, bagaimana membuatnya jernih?" tanyanya lagi.</p>
<p dir="ltr">"Entahlah. Mungkin kau perlu berusaha lebih keras hingga cermin itu jernih kembali."</p>
<p dir="ltr">"Baiklah. Aku akan lebih berusaha agar cerminmu bisa memantulkan perasaan yang selalu kupendam selama ini." []</p>
Ayuyuhttp://www.blogger.com/profile/13307273344688152088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5917482321132111956.post-25994577245966256602015-02-18T02:38:00.001-08:002015-02-18T02:38:59.005-08:00Masihkah Aku Sahabatmu?<p dir="ltr"><i>kepada kau yang kusebut sahabat</i></p>
<p dir="ltr">Halo, sahabatku. Bagaimana kabarmu? Semoga kau selalu sehat di sana. Kabarku di sini baik-baik saja. Banyak hal yang sudah terjadi tapi akhirnya bisa kulalui dengan susah payah.</p>
<p dir="ltr">Sudah lama aku ingin mengirim surat untukmu. Tapi selalu kuurungkan niatku itu karena aku tak ingin mengganggumu. Meski sudah bertahun-tahun kita tak bertemu, tapi aku selalu memperhatikanmu dari jauh dan mendoakan kesuksesanmu. Kudengar kini kau telah menemukan <i>passion</i> yang sesuai untukmu. Sepertinya kau sangat menikmatinya. Selamat, ya. Akhirnya kau semakin dekat dengan mimpimu. :)</p>
<p dir="ltr">Kau tahu,aku selalu merindukan kebersamaan kita yang penuh suka-duka. Apakah kau juga merindukanku meski kini kau sudah memiliki teman-teman baru yang punya minat yang sama denganmu? Mungkinkah aku bukan lagi sahabatmu karena jalan kita tak lagi sama? Ataukah sejak awal kau memang tidak menganggapku sahabatmu?</p>
<p dir="ltr">Aku di sini juga sedang memperjuangkan mimpi sepertimu. Tapi aku selalu berharap untuk bisa bertemu denganmu di sela-sela kesibukanku. Bagaimana denganmu? Tak bisakah kau sedikit saja menyempatkan diri untuk bertemu denganku? Atau setidaknya menghubungiku via telepon. Aku selalu berusaha menghubungimu tapi jawabanmu selalu saja sibuk. Apakah aku hanya mengganggumu? </p>
<p dir="ltr">Maafkan keegoisanku ini. Aku hanya tak ingin persahabatan kita renggang, berjarak, dan akhirnya terputus. Aku ingin tetap selamanya bersahabat denganmu karena tak ada seorang pun yang mampu menggantikan tempatmu di hatiku.</p>
<p dir="ltr">Salam rindu,</p>
<p dir="ltr">Seseorang yang menganggapmu sahabat.</p>
<p dir="ltr">(18.02.2015)</p>
Ayuyuhttp://www.blogger.com/profile/13307273344688152088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5917482321132111956.post-64735456890705739482015-02-17T02:54:00.001-08:002015-02-17T02:59:13.462-08:00Surat Terakhir untuk Nenek<p dir="ltr"><i>:</i><i>ke</i><i>pada Nenek di Surga</i><br></p>
<p dir="ltr">Assalamualaikum, Nenekku sayang. Bagaimana malam pertama Nenek di sana? Semoga baik-baik saja karena aku tahu selama ini Nenek selalu menanam kebaikan di ladang amal Nenek. Maafkan aku terlambat mengirimi Nenek surat. Nyawaku rasanya belum berkumpul semua setelah mengantarkan Nenek ke tempat peristirahatan terakhir di sana.</p>
<p dir="ltr">Setelah menerima kabar dari tante Rosie pada dua senja kemarin, kami sekeluarga bergegas mengepak barang-barang kami untuk menemui Nenek di Bulukumba. Sayangnya, kami tak mampu berangkat ketika malam merangkak naik. Maafkan kami, Nek. Mama dan Papa juga sedang tidak sehat, sehingga kami baru bisa berangkat kemarin subuh.</p>
<p dir="ltr">Empat jam perjalanan sungguh melelahkan dengan perasaan tidak karuan seperti ini. Sawah hijau yang terhampar dan ombak kecil yang berlarian di lautan luas menemani perjalanan kami. Jika saja kami pergi dengan tujuan menyenangkan, tentu aku akan meminta Kakak untuk singgah sejenak lalu merentangkan tangan, membiarkan hembusan angin menerpa seluruh tubuhku. Tapi kami pergi dengan perasaan duka. Bahkan angin yang sejuk tak mampu menghilangkan raut kesedihan di wajah kami. Mobil pun terus melaju, berusaha sampai ke rumah Nenek secepat mungkin.</p>
<p dir="ltr">Setibanya di rumah Nenek, aku pun masuk bersama keluarga. Kulihat seseorang dengan ciput putih menutupi kepalanya keluar dari kamar Nenek. Kukira itu Nenek. Aku berharap itu Nenek. Sayangnya, itu bukan Nenek.</p>
<p dir="ltr">Kualihkan pandanganku ke tengah ruangan. Di sana kulihat Nenek terbaring berselimut sarung kesayangan Nenek. Hatiku bergetar. Kaki terasa berat melangkah. Sekujur tubuhku gemetar. Seketika itu juga air mataku mengucur deras tak tertahankan. Kupaksakan kakiku melangkah lalu berlari tergopoh memeluk tubuh Nenek yang dingin. Kerinduanku pada Nenek tak terbendung lagi. Aku menangis sejadi-jadinya. Akhirnya aku bertemu dengan Nenek yang amat kurindukan. Tetapi pertemuan itu hanya sepihak. Nenek telah dijemput oleh sang senja. Dan saat itu, tinggal jasad Nenek yang bisa kujumpai. Tangisku tidak berhenti hingga mengantarkan Nenek menuju pusara terakhir.</p>
<p dir="ltr">Nenek ingat semua itu, 'kan? Nenek melihatnya, 'kan? Nenek lihat aku di samping Nenek, 'kan? </p>
<p dir="ltr">Nenek, aku masih ingin bercerita panjang lebar. Tapi aku harus segera kembali menyulam waktu yang turut berduka mengantarkan kepergian Nenek. Aku harus mengumpulkan kekuatanku untuk mampu melanjutkan aktivitas yang tertunda. Aku harus tetap hidup untuk meneruskan kebaikan Nenek kepada orang banyak. Aku akan terus hidup untuk menjaga putra tunggal Nenek dan istrinya yang kupanggil dengan sebutan Papa dan Mama. Aku akan berjuang demi Nenek. Karena itu, Nenek tidak usah khawatir. Beristirahatlah dengan tenang di sana. Kami akan selalu mendoakan Nenek dari jauh. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa Nenek dan menempatkan Nenek bersama Rasulullah dan orang-orang sholeh lainnya.</p>
<p dir="ltr">Salam sayang,</p>
<p dir="ltr">Dari cucu bungsu yang akan selalu mendoakan Nenek.</p>
<p dir="ltr">(17.02.2015)</p>
Ayuyuhttp://www.blogger.com/profile/13307273344688152088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5917482321132111956.post-75295880598965232682015-02-14T20:22:00.001-08:002015-02-14T20:23:02.977-08:00Hari Istimewa<p dir="ltr"><i>'tuk Yang Tersayang</i></p>
<p dir="ltr">Happy birthday, darl! \^o^/</p>
<p dir="ltr">Alhamdulillah, hari ini kamu menapaki usia 25 tahun. Aku pun baru saja menginjak usia 23 tahun seminggu yang lalu. Ulang tahun kita hanya berjarak seminggu. Kita selalu memperingatinya dalam satu waktu dan saling bertukar kado pada saat itu. Unik, bukan? </p>
<p dir="ltr">Kamu ingat, kita berdua selalu gagal dalam membuat kejutan. Kita sama-sama tidak sabar untuk memberikan sesuatu kepada pasangan, sehingga tidak jarang kita sudah mengetahui isinya sebelum kita bertukar kado. Haha.</p>
<p dir="ltr">Jadi, seperti tahun-tahun kemarin, kamu pasti sudah tahu hadiah apa yang kukirimkan untukmu. Maafkan aku, tak mampu membelikanmu hadiah yang mewah meski aku tahu kamu tak peduli soal itu. Bahkan kamu tak pernah meminta kado dariku. Tapi biarkan aku menyenangkanmu sesekali walau dengan cara yang sederhana.</p>
<p dir="ltr">Di hari yang istimewa ini, aku bersyukur karena Tuhan masih memberikanmu kesempatan untuk hidup, mendampingiku, dan berbuat baik kepada orang banyak.</p>
<p dir="ltr">Doaku, semoga kamu selalu diberi petunjuk dalam setiap langkahmu. Semoga kamu selalu diridhoi dan diberkahi dalam setiap jerih payahmu. Semoga kamu dapat menjadi pribadi yang semakin dewasa, semakin berkharisma, dan semakin rendah hati.</p>
<p dir="ltr">Aku juga berharap semoga kebaikan selalu menyertai setiap hembusan napasmu. Semoga kamu selalu dilindungi dan dijauhkan dari hal-hal buruk yang mencoba mendekatimu. Dan semoga kamu<i> (dan aku)</i> diberkahi umur yang panjang agar kita bisa selalu bersama. </p>
<p dir="ltr">Satu hal lagi, semoga cintamu <i>(dan cintaku)</i> selalu utuh bersama komitmen, kepercayaan, dan kejujuran yang telah kita bina selama ini.</p>
<p dir="ltr">Hari ini aku tidak banyak bercerita. Aku hanya berharap kamu bahagia di hari istimewamu.</p>
<p dir="ltr">Sekali lagi, selamat ulang tahun kuucapkan padamu. Selamat menikmati perjalanan hidupmu. Selamat berjuang untuk masa depan kita. Semangat! :D</p>
<p dir="ltr">Salam hangat,</p>
<p dir="ltr">Belahan jiwamu</p>
<p dir="ltr">(15.02.15)</p>
Ayuyuhttp://www.blogger.com/profile/13307273344688152088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5917482321132111956.post-64146643619118114572015-02-14T02:08:00.001-08:002015-02-14T02:13:01.436-08:00Mencintaimu dengan Tulus<p dir="ltr">Hai, Sayangku!<br>
Sudahkah kau melihat kalender hari ini? Kata orang hari ini adalah hari kasih sayang. Tapi, di kalenderku tidak ada keterangan apa-apa tertera di sana. Warna tanggalnya pun tidak merah. Dan kau..., kau tetap sibuk dengan pekerjaanmu. Tidak ada yang spesial, bukan?</p>
<p dir="ltr">Sudahlah, abaikan saja peringatan hari kasih sayang itu. Bukankah kita selalu ingat untuk saling mengasihi dan menyayangi tanpa perlu diperingatkan? Haha, omonganku benar-benar ngawur. Lupakan saja.</p>
<p dir="ltr">Ngomong-ngomong, berbicara tentang kasih sayang mengingatkanku tentang masa lalu kita beberapa tahun yang lalu. Apa kau masih ingat? </p>
<p dir="ltr">Sebenarnya aku malu untuk menceritakannya, tapi tak apalah. Toh, kita berdua sudah melewatinya bersama-sama.</p>
<p dir="ltr">Saat itu kau menyatakan perasaanmu padaku. Kau tahu, saat itu aku merasa sangat gembira. Tapi aku tidak sepenuhnya gembira. Kau tahu kenapa? Karena saat itu kau belum menaruh rasa padaku seutuhnya. </p>
<p dir="ltr">Masih teringat jelas di benakku percakapan kita kala itu ....</p>
<p dir="ltr">"Saat ini aku belum benar-benar bisa melupakannya, tapi bukan berarti aku tak bisa. Dan bukan berarti aku tidak mencintaimu. Hanya saja aku butuh sedikit waktu untuk mencintaimu seutuhnya." </p>
<p dir="ltr">Dia yang kaumaksud adalah seseorang yang kausukai dulu. Seseorang yang tidak pernah menjadi milikmu tapi tetap kausukai dalam diammu. </p>
<p dir="ltr">"Tapi, jika kamu tidak menyukai sikapku ini, kamu boleh meninggalkanku. Walau sebenarnya ... aku tidak ingin kamu pergi. Aku benar-benar ingin menjalani hubungan denganmu. Tapi kalau aku hanya menyakitimu, kamu boleh menolakku," kau melanjutkan dengan sedikit salah tingkah.</p>
<p dir="ltr">Hening. Tak ada tanggapan dariku.</p>
<p dir="ltr">Kau kembali angkat bicara, "Jujur, aku sudah memikirkannya selama beberapa bulan terakhir. Sejak pertemuan kita tahun lalu, kamu terus memenuhi pikiranku. Tapi egoku menantangku untuk menaklukkan dia, sang diva sekolah. Aku akan merasa bangga jika bisa mendapatkannya. Namun kemudian aku sadar, tidak ada gunanya menaklukkan seorang perempuan hanya demi ego semata. Kurasa sudah waktunya untuk mencari perempuan yang bisa kuajak untuk menata masa depan. Dan saat itu hanya wajahmu yang kuingat.  Karena itu, maafkan aku terlambat menyatakan perasaanku padamu. Aku butuh waktu untuk memantapkan hati, dan kurasa inilah saatnya untuk mengatakannya padamu."</p>
<p dir="ltr">"Apakah aku menjadi pelarian bagimu?" kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku.</p>
<p dir="ltr">"Tidak. Tentu tidak. Jika aku ingin menjadikanmu pelarian, sudah kulakukan setahun kemarin karena aku tahu kamu juga menyukaiku. Tapi aku tidak sejahat itu. Karena itu, aku mencoba menenangkan diri agar mampu memutuskan yang terbaik sehingga tidak ada yang tersakiti."</p>
<p dir="ltr">Walaupun ada sedikit luka mendengarkan penjelasanmu, tapi kebahagiaanku jauh lebih besar. Kau berusaha untuk jujur padaku. Dan kau memberi kesempatan pada dirimu untuk mencintaiku seutuhnya.</p>
<p dir="ltr">Tahukah engkau? Sudah lama aku tahu bahwa kau menyukainya--<i>dan sejak saat itu aku tidak terlalu menyukainya, aku cemburu. </i>Tapi entah kenapa rasa untukmu itu tidak juga menghilang. Padahal ada beberapa laki-laki yang ingin mendepakmu dari singgasana hatiku.</p>
<p dir="ltr">"Kamu tahu kenapa sampai saat ini aku masih bertahan untuk menunggumu? Padahal kamu sempat menghilang beberapa lama setelah mendekatiku dan membuatku jatuh cinta." Aku mulai angkat bicara. "Itu karena aku mencintaimu dengan tulus, Rei," lanjutku malu-malu sambil berusaha menghindari kontak mata. <i>Apakah pantas bagi seorang perempuan untuk berkata seperti itu? Entahlah. Tapi apa boleh buat, memang itu yang kurasakan.</i></p>
<p dir="ltr">"Aku tentu mau menerimamu apa adanya. Selama kamu tidak menjadikanku pelarian, penjelasan itu sudah cukup untukku. Kita bisa memperbaiki segala kekurangan dalam diri kita masing-masing seiring berjalannya waktu. Dan hanya waktu yang akan menjawab apa kita pantas untuk bersama atau tidak. Aku juga akan berjuang agar kamu mau menatapku dengan kedua matamu. Bukan hanya dengan sebelah mata saja," ungkapku panjang lebar.</p>
<p dir="ltr">Ya, bukan dengan sebelah mata seperti saat itu. Saat kau mencuri pandang pada sosok perempuan itu yang sedang mengobrol dengan kekasihnya.</p>
<p dir="ltr">Kau tahu, banyak hal yang sudah terjadi selama setahun kebersamaan kita hingga aku akhirnya mampu dicintai olehmu seutuhnya. Tak ada lagi dia dalam hatimu. Aku berhasil mengalahkannya dalam hatimu.</p>
<p dir="ltr">Kau masih ingat masa-masa itu, bukan? Masa-masa yang berat untuk kita jalani. Dan semua itu mampu kita lewati karena kasih dan sayang yang mengalir lembut dalam hubungan kita. </p>
<p dir="ltr">Kau juga pernah bilang bahwa kita akan tetap bersama selama masih ada komitmen,kepercayaan, dan kejujuran yang terus dipertahankan. Dan berkat ketiga hal itu, rasa kasih dan sayang kita semakin kuat. Rasa cinta kita semakin dalam.</p>
<p dir="ltr">Oh, maafkan aku. Sepertinya suratnya agak luntur terkena air mataku. Haha. Tapi tenanglah, tidak ada tangis kesedihan ketika aku menuliskan surat ini. Ini hanyalah tangis haru dan syukur atas kebersamaan yang selama ini kita jaga. </p>
<p dir="ltr">Sayangku, terima kasih sudah menjagaku, menjaga hubungan kita, dan menjaga cinta kita. Masih banyak rintangan yang harus kita lalui. Tapi ingatlah, aku ada bersamamu. Aku takkan pernah membiarkanmu berjuang sendirian. Bukankah cinta itu akan tetap terjaga selama kita sama-sama memperjuangkannya? Kalau hanya berjuang sendiri, itu bukan cinta namanya. Hihihi. Benar, 'kan? Tetaplah jaga cintamu untukku. Aku pun akan selalu tulus mencintaimu. Semoga cinta kita selamanya tetap utuh dalam hati kita. </p>
<p dir="ltr">Selamat bekerja! </p>
<p dir="ltr">Love you, Dear! ♡</p>
<p dir="ltr"><i>Dari aku yang selalu menyayangi dan mencintaimu.</i> :-) </p>
<p dir="ltr">(14.02.15)</p>
Ayuyuhttp://www.blogger.com/profile/13307273344688152088noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5917482321132111956.post-87158029140005422292015-02-12T21:16:00.001-08:002015-02-13T01:33:35.635-08:00Terima Kasih Telah Mendewasakanku<p dir="ltr"><i>:untuk bidadari dalam hidupku</i></p>
<p dir="ltr">Surat ini kutuliskan sebagai ungkapan rasa sayang yang tak mampu kukatakan secara langsung di hadapanmu, seorang bidadari yang menjelma menjadi wanita penyayang yang kusebut Mama.</p>
<p dir="ltr">Aku, gadis bungsu Mama, kini telah beranjak dewasa. Lima hari yang lalu aku baru saja memulai hari dengan usia yang semakin matang: dua puluh tiga. </p>
<p dir="ltr">Ya, dua puluh tiga tahun yang lalu Mama melahirkanku. Aku belum pernah merasakan bagaimana melahirkan seorang anak. Tapi, mendengar cerita dari Mama dan ibu-ibu lainnya, rasanya seperti berada di antara hidup dan mati. Benarkah begitu, Ma? Dan sebelum melahirkanku, Mama tentu telah mengandungku selama hampir sembilan bulan--waktu yang sangat lama untuk menggendongku yang sedang tertidur di rahim Mama. Lihatlah, bahkan sebelum aku lahir pun aku sudah menyusahkan Mama. Tetapi Mama bilang, "Kamu adalah anugerah bagi Mama dan Papa. Kehadiranmu sama sekali bukanlah beban bagi kami." </p>
<p dir="ltr">Kasih sayang Mama tidak berhenti ketika aku masih kecil. Bahkan hingga kini pun aku masih merasakan kasih sayang dari Mama. Ternyata benar yang dikatakan orang, kasih ibu sepanjang masa. Dan sampai saat ini, aku masih menjadi gadis kecil untuk Mama. Sampai sekarang, Mama masih memanjakanku dengan ciuman di kening dan kedua pipiku. </p>
<p dir="ltr">Tahukah engkau, Ma? Dulu, ketika aku baru merangkak remaja, aku sangat kecewa dengan sikap Mama karena masih menganggapku seorang gadis kecil. Mama selalu melarangku pergi walau letaknya masih di dalam kota.</p>
<p dir="ltr">"Bagaimana aku bisa berkembang jika hanya berdiam diri di rumah?!"</p>
<p dir="ltr">"Mama tidak mengerti rasanya menjadi anak yang dikungkung seperti ini! Tidak enak, Ma! Sungguh   tidak enak!"</p>
<p dir="ltr">Berbagai kekecewaan kutumpahkan dengan air mata. Tak jarang aku bersungut-sungut di hadapan Mama jika tidak mengabulkan keinginanku. Terkadang aku harus berbohong hanya supaya bisa mendapatkan izin dari Mama. Tapi tenanglah, Ma. Aku tetap bisa menjaga diri. Teman-temanku adalah orang yang baik dan pengertian. Maafkan aku yang pernah membohongi mama sekali-dua kali. Semua ini kulakukan bukan untuk bersenang-senang. Aku hanya sedang mencari jati diriku dan menyusun rencana untuk masa depan. Tak pernah sekalipun aku berbohong untuk mengkhianati kepercayaan Mama.</p>
<p dir="ltr">Ketika usiaku semakin bertambah, pola pikirku pun mulai berubah. Dengan obrolan bersama seseorang yang istimewa bagiku dan buku-buku bermanfaat yang kubaca, aku pun mulai merenungkan semua sikap Mama kepadaku. Dan aku pun menyadari satu hal: Mama pernah muda, tentu saja Mama pernah melihat dan juga mengalami setiap fase yang akan kulalui, karena itulah Mama melakukan semua ini agar tidak terjadi hal buruk padaku di luar sana--<i>meskipun menurut orang banyak, itu terkesan agak kolot, tapi aku tidak peduli.</i></p>
<p dir="ltr">Maafkan aku yang bodoh karena terlambat menyadarinya. Kini kusadari, perhatian Mama itu sangat berarti untuk pengembangan diriku. Karena perhatian Mama, aku jadi bisa mengamati dunia luar dari sudut pandang yang berbeda. Dan kini kutahu, dunia sedang tidak baik-baik saja! Kekacauan terjadi di mana-mana, kriminalitas mengancam siapa saja, bahkan di kota kecil tempat kita tinggal pun sudah tidak aman lagi. Aku sudah mengerti alasan Mama membatasi gerakanku. Sejak saat itu, aku tahu cara yang tepat untuk mengembangkan kemampuanku sendiri.</p>
<p dir="ltr">Memasuki usia dua puluh, masalah yang kualami semakin meluas. Menurut buku yang pernah kubaca, masalah itu ada karena kita semakin tahu banyak hal tapi tidak semakin mengerti. Dan, ya, semakin aku besar, semakin banyak hal yang kulihat dan kuketahui, tapi belum semuanya kumengerti. Sedikit demi sedikit kucoba memahami hal-hal yang terjadi di sekelilingku. Dan yang paling menyenangkan untuk dipahami adalah Mama--<i>karena engkau adalah wanita yang kusayangi. </i></p>
<p dir="ltr">Penyakit yang hampir empat belas tahun menemani Mama hingga saat ini adalah salah satu hal yang kucoba pahami. Dan aku menemukan satu hal yang sangat istimewa: <i>Mama adalah manusia super!</i> Bayangkan saja, kedua kaki yang sebelumnya dapat melangkah ringan untuk wanita karir seperti Mama tiba-tiba menjadi berat akibat penyakit lumpuh yang  datang di suatu pagi ketika Mama hendak berangkat kerja. Tapi Mama berbeda. Semangat Mama tidak kendur. Dua bulan setelah dirawat--sayangnya tidak mengalami kemajuan signifikan--Mama terus melakukan terapi di rumah demi kesembuhan Mama. Terapi saraf pun Mama lakukan selama bertahun-tahun. Meski mengalami kemajuan yang cukup lambat, meski langkah Mama masih terasa berat, tapi Mama tetap aktif dan mandiri. Mama selalu yakin untuk sembuh--<i>dan aku selalu mendoakan kesembuhan Mama</i>.</p>
<p dir="ltr">Melihat keadaan Mama yang seperti ini menjadi motivasi buatku untuk membahagiakan Mama, Papa dan keluarga karena selama Mama sakit pun Mama terus berjuang demi aku, kakak-kakak, dan Papa--semuanya demi keluarga tercinta. Sekarang, tanpa dilarang pun aku mencoba membatasi kegiatanku yang tidak begitu penting. Kuperbanyak waktuku di rumah untuk membantu dan menemani Mama yang telah pensiun beberapa tahun lalu. Meski kadang aku merasa jenuh, tapi jika melihat senyum Mama ketika kita mengobrol, hatiku kembali tenteram. </p>
<p dir="ltr">Mamaku sayang, terima kasih atas segala perhatian, cinta, dan kasih sayang yang kauberi. Tanpamu, aku takkan bisa sampai ke titik ini. Titik di mana aku bisa mengamati keadaan sekitar dan merenungkannya, titik di mana aku belajar mengeksplor diri dan kemampuanku dengan cara yang berbeda--<i>Tahukah engkau, Ma? Itu sangat menyenangkan! </i>Aku selalu mendoakan Mama agar cepat sembuh dan kita bisa bersama-sama ke Baitullah, tempat yang sangat ingin Mama kunjungi. ♡</p>
<p dir="ltr"><i>With love,</i></p>
<p dir="ltr"><i>Your youngest daughter</i></p>
<p dir="ltr">(13.02.2015)</p>
Ayuyuhttp://www.blogger.com/profile/13307273344688152088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5917482321132111956.post-7724140545424001932015-02-11T08:50:00.001-08:002015-02-11T17:50:33.663-08:00Izinkan Aku Menjemputmu<p dir="ltr">Selamat pagi untukmu. Kuharap kau sudah terbangun dari mimpi panjangmu, dan terbebas dari masa lalu yang terus mendekapmu erat. Perkenalkan, aku adalah lelaki yang ingin mendampingimu di masa depan. Aku bertekad untuk membimbingmu menjadi seorang wanita teladan bagi keturunan kita kelak.</p>
<p dir="ltr">Aku mungkin tak seelok dirinya yang selalu kaudambakan. Aku juga tak sehebat ayahmu yang amat bijaksana. Namun, aku akan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik hingga hari pertemuan kita tiba. Semua itu kulakukan agar aku pantas untuk mendapatkanmu. Agar aku layak berada di sisimu.</p>
<p dir="ltr">Bagaimana denganmu? Apakah kau juga sedang mempersiapkan diri untuk bertemu denganku, ataukah masih mengharapkan dirinya yang pernah mengisi kekosongan hatimu?</p>
<p dir="ltr">Hei, lihatlah ....<br>
Dunia ini begitu luas, begitu indah. Coba lepaskan dekapan ilusi yang membelenggumu, lalu lihatlah siapa saja yang selalu menanti senyuman tulusmu di luar sana: ayah, ibu, kakak, adik, sahabat, dan orang-orang yang mencintaimu. Kau tahu, aku juga berada di antara mereka. Bila kau belum melihat keberadaanku, cobalah untuk melangkah ke depan. Kau akan menemukan sosokku setelah kau benar-benar menjauh dari belenggu yang selalu menahanmu untuk tetap tinggal. Aku ada di sana menunggumu dengan sekotak mahar yang telah kupersiapkan khusus untukmu.</p>
<p dir="ltr">Jadi, siapkah engkau meninggalkan ilusi yang selalu menghantuimu? Jika belum siap, tak mengapa. Aku akan senantiasa menunggu hingga kau siap untuk berangkat bersamaku. Dan jika kau telah siap, aku akan menuntunmu menuju cahaya seraya menyembuhkan segala duka nan luka yang berbekas akibat belenggu yang telah mencengkram kedua lengan dan kakimu dengan kuatnya. Jujur, aku tak bisa menjanjikan kebahagiaan, tapi aku berjanji untuk selalu berada di sisimu, mendukungmu, melindungimu, dan mencintaimu hingga ajal memisahkan kita--dan semoga kita dapat bersatu kembali di surga-Nya kelak.</p>
<p dir="ltr">Sebelum engkau memutuskan untuk pergi bersamaku menuju masa depan atau tetap tinggal bersama bayang-bayang masa lalu, izinkan aku menitipkan beberapa pesan untukmu:</p>
<p dir="ltr">1. Janganlah terlalu lama bermuram diri karena aku terluka melihatmu begini. Aku tidak bisa membiarkanmu terus tersakiti, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa di sini--tidak, sebelum kau membukakan pintumu untukku--dan itu hanya membuatku marah pada diriku sendiri. </p>
<p dir="ltr">2. Aku tidak menjamin diriku takkan pernah melukaimu. Tapi sungguh, aku tidak pernah berniat untuk menyakitimu. Jika suatu saat aku berbuat demikian, maka tegurlah aku. Aku pun hanya manusia biasa yang juga bisa khilaf. Jadi sudah sewajarnya untuk kita saling mengingatkan satu sama lain--<i>ini berlaku jika kau telah memutuskan untuk melangkah bersamaku.</i></p>
<p dir="ltr">3. Aku tidak mengharapkanmu menjadi wanita yang sempurna. Aku hanya berharap kau selalu menjaga diri, baik sebelum atau pun setelah bertemu denganku. Dengan begitu, kau telah menjaga kehormatanmu dan kehormatanku yang akan mendampingimu kelak. Bukankah istri yang baik adalah yang mampu menjaga kehormatan suaminya? </p>
<p dir="ltr">Aku berharap kau memutuskan untuk ikut denganku. Sungguh, aku sudah tak sabar untuk bertemu denganmu: sang penyejuk hati. </p>
<p dir="ltr">Terima kasih sudah mau membaca surat ini. Aku tidak mengharapkan balasan darimu secepat mungkin. Kau boleh membacanya berulang kali hingga kau merasa ingin membalasnya. Beritahu aku kapanpun kau siap untuk menjelajahi dunia bersamaku. Aku akan selalu menantimu di depan pintu.</p>
<p dir="ltr"><i>Dari lelaki yang ingin meminangmu</i> (12.02.15)</p>
Ayuyuhttp://www.blogger.com/profile/13307273344688152088noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5917482321132111956.post-8326264801166986402015-02-11T02:31:00.001-08:002015-02-11T02:40:48.514-08:00Berjuanglah, Lelakiku!<p dir="ltr">Lelakiku, bagaimana jiwamu? Apakah penuh luka akibat perjalanan jauh yang harus kautempuh?</p>
<p dir="ltr">Maafkan aku, Lelakiku.<br>
Karenaku, kau harus melewati jalan setapak berbatu untuk bisa sampai kepadaku. Jalan itu tidak semulus yang kaukira. Aku ingat, kau bahkan terkejut saat pertama kali mengetahui bahwa aku menunjukkan jalan rahasia padamu.</p>
<p dir="ltr">Jalan ini hanya diketahui oleh beberapa orang--dan mereka semua menyerah ketika baru berjalan beberapa langkah. Tapi kau, dengan senyum tulus dan sebuah kotak yang kaugenggam erat, engkau telah melewati dua per lima jalan itu.</p>
<p dir="ltr">Dengan susah payah kau terus menggenggam kotak itu demi bertemu denganku. Demi bersatu denganku. Aku tak pernah mengira kau akan bertahan selama ini. Meski penghalau datang silih berganti, namun kau tetap pada pendirianmu untuk menjemputku.</p>
<p dir="ltr">Kau tahu, tidak sehari pun aku lupa mengirimkan doa ke langit ketujuh. Meminta-Nya untuk selalu menjagamu--karena aku tidak berdaya untuk itu.</p>
<p dir="ltr">Kau tahu, tidak sehari pun aku luput memandangimu dari kejauhan. Melihatmu berjalan tertatih menuju rumahku. </p>
<p dir="ltr">Jangan khawatir, aku tidak akan membiarkanmu sendirian. Aku pun di sini sedang berjuang demi tujuan suci kita. Demi mimpi-mimpi yang telah kita anyam bersama-sama. </p>
<p dir="ltr">Jangan khawatir, aku akan selalu mengirim surat untukmu. Kau boleh duduk sebentar untuk membacanya sebelum melanjutkan perjalananmu. </p>
<p dir="ltr">Aku yakin, surat-suratku akan memberimu energi baru untuk terus melangkah. Karena bersama suratku terselip doa yang tulus untuk kebahagiaanmu dan kebahagiaan kita.</p>
<p dir="ltr">Dari perempuanmu yang sedang menanti di beranda rumah</p>
<p dir="ltr">Makassar, 11 Februari 2015</p>
Ayuyuhttp://www.blogger.com/profile/13307273344688152088noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5917482321132111956.post-35081923175541793372014-09-19T20:02:00.000-07:002014-09-19T20:02:00.466-07:00KEHILANGAN<div class="MsoNormal">
"Suamiku, mengapa engkau meninggalkanku?!" teriak seorang perempuan
dari bawah tanah merah yang masih basah. Sang suami hanya berlalu dengan wanita
baru.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://friendsfromfar.com/wp-content/uploads/2011/07/leaving.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://friendsfromfar.com/wp-content/uploads/2011/07/leaving.jpg" height="212" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
Ayuyuhttp://www.blogger.com/profile/13307273344688152088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5917482321132111956.post-36674948489896803622014-09-12T19:14:00.001-07:002014-09-12T19:17:04.128-07:00Penantian Ibunda<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Jam menunjukkan pukul lima sore. Seorang wanita tua
berumur sekitar 70 tahun sedang duduk di serambi rumahnya. Pandangannya yang
sudah mulai kabur menatap ke jalan raya di depan rumahnya. Keningnya berkerut
dan matanya menyipit. Ia berusaha melihat jelas setiap orang yang lalu lalang.
Jalan itu juga dilalui banyak kendaraan yang melintas berlawanan arah, mulai
dari sepeda ontel hingga mobil. Kebisingan jalan raya itu membuat pendengaran
si ibu sudah mulai tumpul. Rambutnya yang memutih telah menjadi saksi perubahan
zaman.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
“Bu, masuk, yuk!” Terdengar suara seorang wanita
lain di balik pintu. Sang Ibu tidak memedulikannya. Ia masih sibuk memerhatikan
setiap kendaraan dan orang-orang yang lewat di depan rumahnya. Wanita itu
datang menghampirinya. Usianya 40 tahun, namun kecantikannya tetap terjaga.
Mereka tinggal berdua di rumah “setengah modern” bertingkat dua itu.
Diulanginya ajakannya, “Bu, hari sudah senja. Sebaiknya ibu masuk saja.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Dengan wajah memohon, ditatapnya anak bungsunya itu.
“Biarkan Ibu di sini sebentar lagi, Nak,” ucap sang Ibu. Anaknya hanya bisa
menghela napas panjang. Ia sebenarnya tidak tega memaksa ibunya masuk. Akhirnya
ia ikut menemani ibunya di serambi mungil itu. Ibu merasa kesepian jika sudah
berada di dalam rumah. Karena itulah setiap sore ia menyempatkan diri untuk
duduk di serambi rumahnya melihat hiruk-pikuk jalan raya. Selain itu,
tetangganya juga sering menyapanya. Dengan begitu, si nenek tidak merasa
kesepian lagi.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
“Kenapa Ibu selalu memperhatikan setiap orang yang
lewat?” tanya Rosma pada ibunya. Ia merasa heran dengan gerak gerik ibunya yang
tidak biasa. Ibunya seakan-akan mencari seseorang di antara puluhan orang yang
lalu lalang di depan rumahnya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
“Ibu sedang menunggu abangmu, Nak. Mungkin saja hari
ini dia akan datang. Ibu tidak sabar ingin memeluknya,” jawab Ibu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br />
<a name='more'></a><br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Rosma memiliki empat orang saudara. Abangnya, Dul,
merupakan satu-satunya saudara laki-lakinya. Ia sudah pergi merantau sejak
duduk di bangku SMP. Sedangkan Rosma dan ketiga saudaranya yang lain tinggal di
kota yang sama meski kampungnya berbeda. Ibu sangat menyayangi Dul seperti ia
menyayangi anak-anaknya yang lain. Namun, rasa sayangnya itu telah lama
dipendamnya seiring lamanya Dul merantau. Rasa sayangnya hanya bisa diluapkan
ketika Dul pulang ke kampung halamannya. Kecintaannya terhadap sang anak
terkadang membuatnya menderita. Meskipun jadwal makan Ibu teratur, tapi
makanannya tidak pernah lebih dari setengah piring setiap kali makan. Itu semua
karena ibu terlalu memikirkan Dul sehingga diri sendiri terabaikan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Rosma tahu kalau ibunya sangat menyayangi Dul.
Tetapi, baru kali ini dia melihat ibunda tidak sabar menanti kedatangan
abangnya itu. Dahulu, Dul muda hanya sempat pulang kampung setiap lebaran tiba.
Mungkin ibu berharap tahun ini Dul mengajak keluarga kecilnya pulang kampung
tahun ini. Akan tetapi, waktu itu bulan Ramadhan masih sekitar lima bulan lagi.
Firasat buruk melintas dipikirannya, namun Rosma mencoba menepisnya.<o:p></o:p></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center; text-indent: 1.0cm;">
***<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
“Ibu, Ayah, Dul mau sekolah di luar kota. Boleh,
ya?” Dul kecil membujuk orangtuanya kala itu. “Tapi kamu masih kecil, Nak. Ibu
tidak mungkin membiarkanmu merantau seorang diri.” Ibu menolak permintaan
anaknya itu. “Dul bisa jaga diri kok, Bu. Dul kan laki-laki. Dul kuat kok, Bu,”
kata Dul serius. Diperlihatkannya otot-otot kecilnya untuk meyakinkan sang ibu.
Ibu tertawa kecil melihat tingkah si Dul.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
“Baiklah, Dul. Kamu Bapak izinkan untuk sekolah di
luar kota,” kata ayah Dul memutuskan. Sejak tadi ayah tampak serius memikirkan
permintaan Dul. Keputusannya itu membuat ibu dan Dul terkejut. Ibu terkejut
karena tidak menyangka suaminya akan melepaskan anak laki-lakinya itu.
Sedangkan Dul terkejut karena tidak menyangka bisa mendapatkan izin dari sang
ayah. Matanya terbelalak, mulutnya terbuka saking shock-nya. “Horeeeeee!!”
Tiba-tiba suaranya memecah keheningan. Ia bersorak gembira.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Ibu menatap ayah dengan penuh tanda tanya. Ia masih
terkejut. Kedua tangannya menengadah, meminta penjelasan dari sang suami. Ayah
hanya tersenyum dan berkata, “Melarangnya hanya akan membuatnya sulit
berkembang. Selama itu baik, untuk apa dilarang?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Ibu mengernyitkan dahi, “Apa pertimbangan ayah sampai
Dul dibolehkan merantau?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Ayah hanya tersenyum dan berkata, “Dul anak yang
tangguh. Dia pasti bisa mandiri. Dia akan sukses di sana.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Darah serasa mengalir deras dalam tubuh ibu. Ibu
ingin marah kepada ayah atas keputusan yang sepihak itu. Tapi, senyum ayah
selalu meneduhkan hatinya. Ibu tidak jadi marah. Ibu bahkan tidak berkomentar
apa-apa. Meskipun begitu, ibu tetap tidak sependapat dengan sang ayah.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Sebulan setelah itu, Dul akhirnya didaftarkan ke
sebuah pesantren terkenal di ibukota. Sejak ayah memutuskan untuk mengizinkan
Dul sekolah di luar kota, ibu terus mengurung diri di kamar. Ia tidak mau
membantu Dul mempersiapkan segala kebutuhannya. Ia tidak ingin Dul pergi.
Setiap malam ia menangis di hadapan Ilahi. Memohon agar Dul mengurungkan
niatnya. Sampai pada hari keberangkatan Dul, ibunda masih tetap menangis dan
tidak mau berbicara dengan Dul. Dul yang pamitan dengan ibu di kamar ikut
bersedih. Bibirnya melengkung seperti bulan sabit terbalik. Ia tidak ingin
melihat ibunya sedih akan kepergiannya, tapi ia juga ingin mengejar
cita-citanya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
“Ibu tidak ingin melihat Dul berangkat?” tanya Dul
ketika pamit kepada sang ibu. Ibu hanya diam saja. Sudah sebulan ibu merajuk
seperti anak kecil. Hanya air matanya yang menjawab. Dul ikut menangis.
Diciumnya kening ibunya lalu pamit kepada saudara-saudara dan ayahnya.<o:p></o:p></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center; text-indent: 1.0cm;">
***<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Awal perantauan Dul tiga puluh dua tahun yang lalu
sangat menyiksa hati sang ibu. Namun, kedatangan Dul setiap bulan Ramadhan
selalu menenangkan hatinya meski hanya sebulan saja. Di tahun ke delapan
perantauannya, Dul kesulitan untuk pulang kampung. Kesibukannya sebagai
mahasiswa mulai mengusiknya. Selain itu, krisis moneter mulai mencekik
keuangannya. Kiriman uang untuk Dul juga menurun. Kerusuhan mulai terjadi di
mana-mana akibat krisis tersebut. Ayah Dul meninggal beberapa bulan kemudian
akibat terjebak dalam kerusuhan parah sepulang kerja. Dul yang berduka berusaha
untuk pulang melihat ayahnya untuk terakhir kalinya. Bertahun-tahun kemudian
Dul mulai jarang pulang ke kampung halamannya. Kesedihan ibu karena
ditinggalkan oleh sang suami semakin bertambah karena Dul sudah jarang pulang.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Sejak saat itu, ibu terus menangis. Meskipun Dul
jarang pulang, ia tetap berusaha menelepon sang ibu setiap bulan. Namun, suara
Dul hanya membuat ibu semakin merindu. Kerinduan yang memilukan. Ibu sangat
berharap anak-anaknya bisa berkumpul bersamanya di sini. Tapi, ibu tidak pernah
mengabarkan kesedihannya menanti kedatangan Dul. Ibu bahkan melarang Rosma
untuk menyampaikan keadaannya kepada Dul. Ibu tidak mau memaksa Dul untuk
mengunjunginya. Rosma hanya bisa menuruti perintah ibunda. Kalau tidak, ibu
mengancam tidak mau lagi berbicara dengannya.<o:p></o:p></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center; text-indent: 1.0cm;">
***<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Bertahun-tahun menanti sang anak membuat ibu tidak
memikirkan kesehatannya. Untung ada Rosma yang menemaninya dan memerhatikan
kondisi sang ibu. Saudara-saudaranya yang lain sudah menikah. Rosma juga sudah
menikah, namun ia terpisah jauh dari sang suami karena urusan pekerjaan. Dua
bulan sekali suaminya datang mengunjunginya. Rosma tidak berniat punya anak. Ia
hanya ingin menemani sang ibu sepanjang hidupnya. Ia bahkan mengizinkan
suaminya untuk menikah lagi jika ingin mempunyai keturunan. Namun suaminya menolak.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Dul juga sudah menikah. Pernikahannya enam belas
tahun lalu dilaksanakan di kota. Ia hanya mengundang keluarganya untuk datang
ke sana. Ibu juga ikut menghadiri pernikahannya. Ibu turut berbahagia atas
pernikahannya. Akan tetapi, ia hanya mampu melepas rindu pada hari bahagia itu.
Keesokan harinya ibu memutuskan untuk pulang. Ibu tidak betah berlama-lama
tinggal di kota. Perpisahan antara Ibu dan Dul saat itu sangat mengharukan. Ibu
tak berhenti menangis dan memeluk anaknya yang kini menjabat sebagai direktur
perusahaan ternama. Dul yang selama ini tampak tegar juga turut menangis. Dul
memeluk sang ibu. Ia meminta maaf karena kesibukannya membuatnya sulit untuk
bertemu sang ibu. Ibu tersenyum dalam haru. Ia bersyukur Tuhan tidak
mengabulkan permintaannya dulu. Ternyata Tuhan ingin membuat Dul sukses melalui
jalan ini. Kalau Dul tidak merantau, ia takkan bisa sesukses ini.<o:p></o:p></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center; text-indent: 1.0cm;">
***<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Setelah pesta pernikahan Dul, ibu belum pernah lagi
bertemu dengannya. Dul terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Namun, ibu tetap
yakin bahwa anaknya itu akan datang menengoknya. Rosma hanya bisa berdoa untuk
ibu dan abangnya agar mereka bisa dipertemukan kembali.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Dari hari ke hari kesehatan ibu menurun. Ibu
seharusnya beristirahat di kamarnya. Tapi ia tetap memaksakan diri untuk duduk
di serambi rumahnya menanti kedatangan sang anak. Meskipun Rosma melarangnya,
ibu tetap tidak mau bergeming dari tempat duduknya. Dari pagi sampai sore ibu
terus menanti kedatangan Dul. Semakin lama kerinduan ibu pada Dul semakin
menjadi. Air matanya tidak pernah berhenti mengalir karena Dul belum juga
datang. Akibatnya, kedua matanya semakin sulit untuk melihat.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Pada suatu pagi, terdengar suara dari kamar ibu.
Rosma yang sedang berada di dapur segera berlari ke sana. “Astagfirullah, Bu!!
Kenapa ibu bisa jatuh??” tanya Rosma panik. Ibunya tergeletak di atas lantai.
Tempat tidur ibu tidak begitu tinggi. Beruntung, ibu tidak terluka. Namun,
sekujur tubuhnya kesakitan. “Ibu mau keluar, Nak. Tapi badan Ibu terasa berat,
” jawab ibu sambil berusaha untuk berdiri. Rosma membantunya untuk berdiri. Ia
bermaksud untuk menaikkan ibu ke tempat tidur. Tapi sang ibu menolak.
Dilepaskannya tangan Rosma dari lengannya. Ibu berusaha untuk menjangkau pintu
kamar sendirian. Namun, ibu terjatuh lagi. Kakinya sudah tidak mampu lagi
menumpu tubuhnya untuk berjalan. “Bu... Ibu di kamar saja. Kalau abang datang,
nanti Ros langsung ajak abang ke kamar Ibu,” janji Rosma. Ibu yang tidak
sanggup berjalan akhirnya mau menuruti kata-kata Rosma. Rosma membantu ibunya
kembali ke tempat tidur.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Setelah ibu berbaring, Rosma mengambil telepon untuk
menelepon abangnya di kota. Ia tak sanggup lagi melihat kondisi ibunya yang
semakin melemah akibat kerinduannya yang teramat dalam. Kerinduan telah
merampas hati dan pikiran sang ibu. Doa-doa yang dipanjatkan ibu hanya untuk
bertemu dengan anaknya. Anak yang semasa kecilnya selalu ikut bersama ibunya ke
mana pun ia pergi. Anak yang dulu dinantikan kelahirannya karena merupakan
satu-satunya anak lelaki sang ibu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Setelah berulang kali menelepon abangnya, akhirnya
ada yang menjawab teleponnya di seberang sana. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
“Halo, bang Dul?” ucap Rosma memulai pembicaraan. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
“Maaf, ini dengan siapa?” Suara pria di seberang
sana terdengar asing baginya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
“Saya Rosma, adiknya bang Dul. Apa benar ini rumah
bang Dul?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
“Iya, benar. Tapi Pak Dul dan keluarganya sudah
tidak tinggal di sini lagi.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
“Kalau boleh tahu, beliau sekarang tinggal di mana?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Pertanyaan Rosma membuat orang itu terdiam.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i>Mungkin dia
sedang mengingat-ingat alamat baru Abang,</i> pikir Rosma. Kemudian, suara
di seberang sana terdengar lirih.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
“Pak Dul dan keluarganya meninggal sebulan yang
lalu, Bu. Hiks... Hiks...”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Kata-kata orang itu membuat suasana menjadi hening.
Rosma terkejut. Kalau dipikir-pikir, Dul memang tidak pernah menelepon sebulan
ini. Rosma mengira waktu itu kakaknya sedang memiliki banyak kesibukan.
Lagipula, Dul memang sudah jarang menelepon sejak ia punya pekerjaan. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
“Anda bohong, kan? Anda ini siapa? Kenapa Anda
bohong sama saya?” Rosma yang tidak percaya malah memarahi lelaki di seberang
sana.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
“Saya tidak bohong, Bu. Saya ini supirnya Pak Dul.
Minggu lalu Pak Dul berniat untuk pulang kampung. Beliau tidak ingin saya ikut.
Beliau hanya ingin pergi bersama keluarganya. Tapi, mereka malah mengalami
kecelakaan beruntun. Mobilnya hancur dan tidak ada seorang pun yang selamat.
Ponselnya juga hancur berkeping-keping. Kami tidak tahu bagaimana caranya
menghubungi keluarga Pak Dul di kampung,” tukang kebun itu menjelaskan sambil
terisak. Tangis Rosma pun pecah. Ia tidak tahu bagaimana menyampaikan kabar buruk
ini pada ibunya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Sebulan yang lalu. Hari ketika ibu tiba-tiba tidak
sabaran menanti kedatangan anaknya. Sejak saat itu, kerinduan ibu semakin
besar. Kerinduan yang dipendamnya selama ini seakan tak terbendung lagi dalam
tubuh kurusnya. Ternyata, firasat ibu akan kedatangannya memang benar. Namun,
tidak ada yang menyangka bahwa Dul dan keluarganya tidak akan sampai ke tempat
tujuan. Rosma bahkan tidak mengira firasat buruknya yang menjadi kenyataan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Rosma mencoba menemui ibunya. Di kamar itu, ibu terlihat
tersenyum di atas perbaringannya. “Oh, anakku. Dari mana saja kamu? Kenapa baru
datang kemari? Ibu sangat merindukanmu.” Kelihatannya ibu sedang berbicara
dengan orang lain. Namun, tidak ada siapa-siapa di sana. Tangis Rosma semakin
menjadi melihat ibunya berkhayal. “Siapa ini? Anakmu? Dia cantik seperti
ibunya,” kata ibu sambil menunjuk ke depan. Rosma mendekati ibunya. Dipeluknya
sang ibu sambil menangis. Ia tidak jadi menyampaikan kabar buruk kespada
ibunya. “Ros, lihat abangmu. Dia sudah datang bersama keluarganya. Lihat
keponakanmu ini. Dia cantik, ya?” Ros hanya mengangguk dan terus menangis.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
“Ros, abangmu datang untuk menjemput Ibu. Kamu
sebaiknya menemui suamimu. Pasti dia sangat ingin tinggal berdua denganmu.
Sekarang, bang Dul yang akan menjaga ibu.” Kata-kata ibu membuat Rosma
menangis. Airmatanya membasahi baju sang ibu yang dipeluknya erat-erat.
“Alhamdulillah! Terima kasih, Ya Allah. Engkau telah mempertemukan hamba dengan
anak lelaki hamba. Laa ilaha Illallah, Muhammadun Rasulullah.” Mata ibu
terpejam. Untuk selamanya. Wajahnya cerah dengan senyuman yang sudah lama tidak
ditampakkannya. Penantiannya telah usai. Rosma panik. Digoyang-goyangkannya
badan ibunya, tapi tidak ada respon sama sekali. Diperiksanya denyut nadi dan
detak jantung sang ibu, namun hasilnya nihil. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
“IBUUUUUUUU!!!!!!!!!!!!” Rosma berteriak
sekeras-kerasnya. Ia berpikir mungkin ibunya akan terbangun mendengar suaranya.
Tapi, hasilnya tetap sama. Ia takkan pernah bisa lagi membangunkan ibunya. Ibu
telah pergi bersama abangnya. Kini, penantian sang ibunda telah berakhir. Untuk
selamanya. []*<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right; text-indent: 1cm;">
<span style="font-size: xx-small;"><i>*) Cerpen ini pernah diterbitkan dalam antologi
"Merindu Sang Cinta" terbitan Deka Publishing</i></span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right; text-indent: 1cm;">
<span style="font-size: xx-small;"><i><br /></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right; text-indent: 1cm;">
<span style="font-size: xx-small;"><i><br /></i></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvsKOs4NMq57-wY9tL4yH7KbggMzqZM9bZR_mTEDy4QCRIKBDl12J3toiMskf2Mu00lELXt0Nn8teWzPxmxZMajfaMQrPBPQ5-O-SkaK2RsSnhfp329jnfe8kxgLIN4aM-KDb2lugiKTQ/s1600/10354141_336355133179052_4701169348086830124_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvsKOs4NMq57-wY9tL4yH7KbggMzqZM9bZR_mTEDy4QCRIKBDl12J3toiMskf2Mu00lELXt0Nn8teWzPxmxZMajfaMQrPBPQ5-O-SkaK2RsSnhfp329jnfe8kxgLIN4aM-KDb2lugiKTQ/s1600/10354141_336355133179052_4701169348086830124_n.jpg" height="220" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right; text-indent: 1cm;">
<span style="font-size: xx-small;"><i><br /></i></span></div>
Ayuyuhttp://www.blogger.com/profile/13307273344688152088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5917482321132111956.post-26730549059308119662014-09-12T18:11:00.001-07:002014-09-12T18:51:28.477-07:00SANG PENYELAMAT<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US">Bangun pagi bukanlah hal berat bagiku. Namun berangkat cepatlah yang
menjadi hal tersulit. Dan tiba sebelum gerbang sekolah ditutup adalah
keberuntunganku selama sekolah. Teman-temanku sudah terbiasa dengan hal itu.
Mereka malah terkejut jika aku tiba lebih dulu dibandingkan mereka. Menurut
mereka, sebuah keajaiban jika aku tiba di sekolah sebelum jam tujuh. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US">Meski sering terlambat ke sekolah, tapi aku masih mampu melewati
gerbang sekolah yang dijaga oleh seorang satpam itu. Kadang aku masuk beberapa
detik sebelum gerbang ditutup, kadang aku masuk diam-diam. Beberapa kali keberuntunganku
lenyap. Aku gagal masuk ke sekolah. Alhasil, aku tidak boleh masuk sampai jam
sekolah usai. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US">Sebenarnya aku bingung dengan peraturan di sekolah ini. Siswa yang
terlambat dilarang masuk sama sekali. Padahal, kami cuma terlambat pada jam
pertama. Tapi, kami tidak diizinkan mengikuti keempat pelajaran selama hari
itu. Sementara itu, beberapa siswa yang tergolong nakal seringkali tidak mengikuti
pelajaran meski mereka tiba tepat waktu. Bukankah lebih baik jika kami diikutkan
pada pelajaran selanjutnya meski harus absen di jam pertama ketimbang harus
bolos seperti mereka? <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US"></span><br />
<a name='more'></a><span lang="EN-US"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US">Karena keinginan untuk belajar inilah yang membuatku harus masuk
secara diam-diam jika terlambat. Hingga suatu hari sebuah kisah unik pun
terjadi. Saat itu jam menunjukkan pukul 07.40 WITA. Kali ini aku tidak bisa
masuk karena masih ada satpam yang sedang berjaga di luar. Kuputuskan untuk
tetap berdiri di parkiran sekolah sambil menunggu waktu yang tepat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US">Jam menunjukkan pukul 08.15. Pak Satpam masih setia duduk di atas
motor yang sedang diparkir. Aku membujuknya untuk membiarkanku masuk, namun dia
menolak. Wajahku </span>berubah<span lang="EN-US"> cemberut. </span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US">Tak lama kemudian, seorang temanku dari kelas lain masuk dengan
mengenakan seragam olahraga. Sepertinya ia habis berolahraga di luar. Karena
sekolah kami tidak begitu besar, jalanan di sekeliling sekolah dijadikan track untuk
olahraga lari. Dia berjalan dengan sangat santai. Ketika hendak melewatiku, kutahan
langkahnya. Cepat-cepat kutitipkan tasku untuk diantar ke kelasku. Dia pun
mengerti. Sambil menyembunyikan tasku di sisi kirinya, ia melewati satpam yang
berada di sebelah kanannya. Pak Satpam itu terlihat sedang sibuk dengan hape-nya.
Diaa berhasil membawanya sampai ke tujuan. Sepertinya tidak seorang</span><span lang="EN-US"> </span><span lang="EN-US">pun yang
memerhatikannya. Aku </span>mengucapkan <span lang="EN-US">terima kasih dari jauh.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US">Lima belas menit kemudian, kulihat Pak Satpam masuk ke dalam
sekolah. Mungkin dia mau ke kantin, pikirku. Segera kuambil kesempatan itu. Aku
masuk sambil berlari kecil, segera menuju kelasku yang terletak di ujung
koridor. Aku hanya perlu melewati satu kelas saja dari parkiran ke kelasku, XII
IPA 1. Waktu itu wali kelasku sedang mengajar bahasa Inggris. Beliau cukup
toleran untuk membiarkanku masuk mengikuti pelajaran. Menurutnya, lebih baik
mendapatkan sedikit ilmu, daripada tidak ada sama sekali. <i>I do agree with you, Ma’am!</i> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US"><i><br /></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US">Aku pun masuk ke dalam kelas. Kuambil tasku yang disimpan di </span>belakang pintu<span lang="EN-US">, lalu duduk
dengan tergesa-gesa. <i>Alhamdulillah.</i>
Aku bersyukur dalam hati. Karena pertolongan Iyan, aku bisa mengikuti pelajaran hingga jam terakhir.
Aku berhutang budi padanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US"><br /></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US">Sepulang sekolah aku mendengar kabar yang amat tidak kuduga. Ternyata
pada jam istirahat tadi, Iyan dipanggil oleh guru BK karena ketahuan terlambat
masuk sekolah!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: right; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: xx-small;"><i>(FTS 485 kata, pernah diterbitkan dalam antologi Kisah Anak Sekolah terbitan Soega Publishing) </i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: right; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: xx-small;"><i><br /></i></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEji-bdHrGZjAPQfuvlq5ORgliUKxtlzlcry2qIZd8RQQdBWzwQNvUxKWPNA-d_NSzX7MRzl3AtpIj-MCVRB8vvPdJY3DJpeoWU2etiQxwYvEEEDxBgYkOHDNKnj1jKCf5PVEO_lZfQH7pk/s1600/10306090_336352706512628_8219709180073457996_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEji-bdHrGZjAPQfuvlq5ORgliUKxtlzlcry2qIZd8RQQdBWzwQNvUxKWPNA-d_NSzX7MRzl3AtpIj-MCVRB8vvPdJY3DJpeoWU2etiQxwYvEEEDxBgYkOHDNKnj1jKCf5PVEO_lZfQH7pk/s1600/10306090_336352706512628_8219709180073457996_n.jpg" height="222" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: right; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: xx-small;"><i><br /></i></span></div>
Ayuyuhttp://www.blogger.com/profile/13307273344688152088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5917482321132111956.post-24469918022074252502014-02-27T06:51:00.000-08:002014-09-12T03:06:51.653-07:00Quotes Anime & Manga<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiM4b4C9uJ5_IABee2F6sNsh7rFzpTa5wOwfFcE1ERpJ7uh1D7JSXUwNDdyppZQRRA0bhx2sxyG6HxNWNy6Ms1GyX-oyxSRU4NZLh7OAQQ5XI2D4b6V78p4tpBP-mMyhj2mCvA549Tonkc/s1600/sunako_nakahara_by_agitoshin-d4kfzg0.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiM4b4C9uJ5_IABee2F6sNsh7rFzpTa5wOwfFcE1ERpJ7uh1D7JSXUwNDdyppZQRRA0bhx2sxyG6HxNWNy6Ms1GyX-oyxSRU4NZLh7OAQQ5XI2D4b6V78p4tpBP-mMyhj2mCvA549Tonkc/s1600/sunako_nakahara_by_agitoshin-d4kfzg0.jpg" height="240" width="320" /></a><br />
<a name='more'></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="background-color: white; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14.079999923706055px; text-align: left;">"Aku tidak tahu apa-apa tentang hubungan romantis. Tapi jika kau mempermainkannya, dia juga akan mempermainkanmu. Jika kau serius dengannya, dia akan melakukan hal yang sama. Apa yang kau tanam, itulah yang kau tuai. Dan jika kau serius dengannya, tapi dia mempermainkanmu, maka singkirkan ia ke neraka!"</span><br />
<span style="background-color: white; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14.079999923706055px; text-align: left;">-Nakahara Sunako (Yamato Nadeshiko Shichi Henge / Perfect Girl Evolution)-</span></td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMlWCocdsh0zmBShBGntI3wv7Fcl_nztjHE7fxWNwxUfBzqgVm3GBE-v3yjxg3l1KIz8m-VwY9MSj8UN5H0DfW3SZOtS5MMT0_BbCHgxw-cd-DFlqbWdlhHn4ou-ysm3lzna_591JKvLM/s1600/pge+1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMlWCocdsh0zmBShBGntI3wv7Fcl_nztjHE7fxWNwxUfBzqgVm3GBE-v3yjxg3l1KIz8m-VwY9MSj8UN5H0DfW3SZOtS5MMT0_BbCHgxw-cd-DFlqbWdlhHn4ou-ysm3lzna_591JKvLM/s1600/pge+1.jpg" height="241" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="background-color: white; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14.079999923706055px; text-align: left;">Seorang wanita yang baik seharusnya tidak begitu mudah menangis. <br />Seorang wanita tidak pernah membiarkan orang lain melihat air matanya. <br />Karena air mata itu jauh lebih indah daripada permata apapun di dunia ini.</span><br />
<span style="background-color: white; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14.079999923706055px; text-align: left;">-Mine Nakahara (Yamato Nadeshiko Shichi Henge / Perfect Girl Evolution)-</span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkynWjCtr3UFPzj_O7gFx3rqOKszHtcGvi5fjm2HHeyzwTZnEfnlocvWmFvHDHHTMny6M4TVwx1NvqivVYiZKQXToL3gL23U0k6vIr7iOHVksazSzaHS4At4VtquL4SEASgmkU3ub9UjE/s1600/PGE.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkynWjCtr3UFPzj_O7gFx3rqOKszHtcGvi5fjm2HHeyzwTZnEfnlocvWmFvHDHHTMny6M4TVwx1NvqivVYiZKQXToL3gL23U0k6vIr7iOHVksazSzaHS4At4VtquL4SEASgmkU3ub9UjE/s1600/PGE.jpg" height="271" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="background-color: white; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14.079999923706055px; text-align: left;">"Ketika kamu bangun, minumlah segelas air mineral sebelum melakukan aktivitas lain. </span><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; display: inline; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14.079999923706055px; text-align: left;">Kamu banyak berkeringat saat tertidur, jadi kamu harus mencukupi cairan tubuhmu dengan mengisinya kembali. Cara tersebut akan membersihkan cairan lambung yang terakumulasi dalam sistem pencernaanmu. Jadi kamu bisa menikmati sarapanmu dengan nyaman."<br />-(Yamato Nadeshiko Shichi Henge / Perfect Girl Evolution)-</span><br />
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; display: inline; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14.079999923706055px; text-align: left;"><br /></span></td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj88liATM3YwSMIIwKvLQx9et4kDCi9rqp0yYfIO8Gj0abzqy2h5gN36giUlq9Dt6rvU5o5oNN4Lm5hZGB3jgAWZZl1ptcn2WgkWExgXYkUr2-7dv7NLGEBsCXfqiNbMTmb-hXgjfoARGQ/s1600/Eclipse_Character+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj88liATM3YwSMIIwKvLQx9et4kDCi9rqp0yYfIO8Gj0abzqy2h5gN36giUlq9Dt6rvU5o5oNN4Lm5hZGB3jgAWZZl1ptcn2WgkWExgXYkUr2-7dv7NLGEBsCXfqiNbMTmb-hXgjfoARGQ/s1600/Eclipse_Character+copy.jpg" height="320" width="212" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="background-color: white; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14.079999923706055px; text-align: left;">"Manusia adalah spesies yang mengagumkan.<br />Tidak peduli situasi apa yang dihadapi, mereka cuma memikirkan keuntungan."</span><br />
<span style="background-color: white; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14.079999923706055px; text-align: left;">-Eclipse Shadenon (Witch Hunter Ch. 17)-</span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieDuOaKd-32LuGnPn9iBvkziR9mqpM-68_5WXRkSjY14zcjZW2jtHjqTjiwCg7DUZDam6AzyhTk0GZ8gYhdr6RmKqSMgFciqUbmYVMPSA14sGSvrwUI14HllIwqr2OdFAEniwXGz9CN9o/s1600/1490705_1468507663368022_1657059318_o.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieDuOaKd-32LuGnPn9iBvkziR9mqpM-68_5WXRkSjY14zcjZW2jtHjqTjiwCg7DUZDam6AzyhTk0GZ8gYhdr6RmKqSMgFciqUbmYVMPSA14sGSvrwUI14HllIwqr2OdFAEniwXGz9CN9o/s1600/1490705_1468507663368022_1657059318_o.jpg" height="320" width="236" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="background-color: white; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14.079999923706055px; text-align: left;">"Kalau kamu cuma melihat dengan mata, kamu pasti kalah!<br />Pakai seluruh tubuhmu untuk mengamati dan merasakan hawanya!"</span><br />
<span style="background-color: white; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14.079999923706055px; text-align: left;">-Tengu (Shanaou Yoshitsune Vol. 02)-</span><br />
<br style="background-color: white; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14.079999923706055px; text-align: left;" />
<span style="background-color: white; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14.079999923706055px; text-align: left;">Jadi, ceritanya ular itu terlihat besar karena kita merasa takut. Kalau kita bisa mengendalikan diri dari ketakutan, kita akan bisa merasakan gerakan yang tidak wajar dari ular tersebut. Kita bahkan mampu menemukan titik lemahnya. Dengan begitu</span><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; display: inline; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14.079999923706055px; text-align: left;">, kita akan siap untuk menghadapinya. Di halaman lain, cara ini juga ampuh ketika melawan musuh. Entahlah apa ini bisa dicoba di kehidupan nyata atau tidak, tapi setidaknya ada sedikit pelajaran yang bisa kita petik ^^v</span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBWBQy_IwqtCGkDSzrLvx8xJIHJXAES40JECnGOD6IjRqv4UdJanHT_iOCJvUbRJ-RO2ZqMyUihxEVEo34F9nE4z86GNjvk5OcdT6BD3yvMoCIhY8yGjXihCGjiUU7HF9gyK7ywl79uIQ/s1600/1656112_1468520086700113_1518206310_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBWBQy_IwqtCGkDSzrLvx8xJIHJXAES40JECnGOD6IjRqv4UdJanHT_iOCJvUbRJ-RO2ZqMyUihxEVEo34F9nE4z86GNjvk5OcdT6BD3yvMoCIhY8yGjXihCGjiUU7HF9gyK7ywl79uIQ/s1600/1656112_1468520086700113_1518206310_n.jpg" height="320" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="background-color: white; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14.079999923706055px; text-align: left;">" "Menyembunyikan bayangan" bukan berarti melepaskan kecemasan hati.<br />Ini mengajarkan kita agar tabah menghadapi cobaan hidup."</span><br />
<span style="background-color: white; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14.079999923706055px; text-align: left;">-Tuan Tokobo (Shanaou Yoshitsune Vol.02)-</span></td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioZT1wG_ULrnXxkUd04tkB3eunGq2hNPSmk_S-AZJP9AwiBg1S2_wU9qbT7Yp-ZlsGUwLncnUnHPzJHBsuisB_t70OUMLYVhipsjEzcKtrxC-ykXPFDUBM9DulNhPzr8nKYj6sGRDB7bk/s1600/1780713_1468163146735807_341842518_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioZT1wG_ULrnXxkUd04tkB3eunGq2hNPSmk_S-AZJP9AwiBg1S2_wU9qbT7Yp-ZlsGUwLncnUnHPzJHBsuisB_t70OUMLYVhipsjEzcKtrxC-ykXPFDUBM9DulNhPzr8nKYj6sGRDB7bk/s1600/1780713_1468163146735807_341842518_n.jpg" height="320" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="background-color: white; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14.079999923706055px; text-align: left;">"Dalam pertempuran tak ada istilah pengecut. Yang penting mematikan lawan."</span><br />
<span style="background-color: white; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14.079999923706055px; text-align: left;">-Ryouken (Shanaou Yoshitsune Vol. 02)-</span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCkn5OsrlxRpDjDNngovuSjhcc4eDEKwO_nGFg8C42mvs_ppdSVvE97X1h36mC67ZUMClNriDV0Dk4aV0YpJ6o5yEHpuCcG-GPBAYgtE0lcJozQMYojJYI8EI01in6b22yeXrvjexgae8/s1600/1926137_1468166876735434_602890067_o.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCkn5OsrlxRpDjDNngovuSjhcc4eDEKwO_nGFg8C42mvs_ppdSVvE97X1h36mC67ZUMClNriDV0Dk4aV0YpJ6o5yEHpuCcG-GPBAYgtE0lcJozQMYojJYI8EI01in6b22yeXrvjexgae8/s1600/1926137_1468166876735434_602890067_o.jpg" height="192" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="background-color: white; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14.079999923706055px; text-align: left;">"Ushiwakamaru... Entah kenapa, biarpun aku kalah, aku sangat senang. <br />Kalau dia terus 'diasah', dia akan menjadi pria yang menggemparkan dunia."</span><br />
<span style="background-color: white; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14.079999923706055px; text-align: left;">-Ryouken (Shanaou Yoshitsune Vol. 02)-</span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlIz5AdRArVe0R6fKN7Xn_2s2G037zZG9ANrKF32aOmC0-6gi32Rf7p6Q6izqmhJqwuOq5f-f12VLyP31jMK1uCmKJYndgG-bSqf2r4vAzfK9aRLRcnjKrAlfBBYErBBkvPM0h0enNkqs/s1600/1979369_1468167110068744_1156487182_o.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlIz5AdRArVe0R6fKN7Xn_2s2G037zZG9ANrKF32aOmC0-6gi32Rf7p6Q6izqmhJqwuOq5f-f12VLyP31jMK1uCmKJYndgG-bSqf2r4vAzfK9aRLRcnjKrAlfBBYErBBkvPM0h0enNkqs/s1600/1979369_1468167110068744_1156487182_o.jpg" height="228" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="background-color: white; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14.079999923706055px; text-align: left;">Daripada menjadi anjing piaraan, lebih baik kalian menjadi serigala di tempat bebas."</span><br />
<span style="background-color: white; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14.079999923706055px; text-align: left;">-Ryouken (Shanaou Yoshitsune Vol. 03)-</span></td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNJtPywGIL4BnR7z2Je78MP_hwjwxJBjvJ6SjLd0F26C9WL1KZBPsgGWe-K9rPGVUAaBYxzVlGw1fcLuJCCuSEC2zfMYCaPFDjnOJFZ56w3sDCp08cOsWWCrVcjm4VQo0cS0J2HCIdli0/s1600/1898812_1468161663402622_1777660691_o.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNJtPywGIL4BnR7z2Je78MP_hwjwxJBjvJ6SjLd0F26C9WL1KZBPsgGWe-K9rPGVUAaBYxzVlGw1fcLuJCCuSEC2zfMYCaPFDjnOJFZ56w3sDCp08cOsWWCrVcjm4VQo0cS0J2HCIdli0/s1600/1898812_1468161663402622_1777660691_o.jpg" height="192" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="background-color: white; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14.079999923706055px; text-align: left;">"Dia akan mempertaruhkan nyawanya demi janjinya. Begitulah dia."</span><br />
<span style="background-color: white; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14.079999923706055px; text-align: left;">-Nokishita Ichiza (Shanaou Yoshitsune Vol. 02)-</span></td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg22bP6XnxC_ccWzNAM6M8O9S4322dWBYBIRZd0iR-f1bsYg_0QHHHHnzAWHZFUF5-0lbtlEix-SN-FQl-SGqIMa1eFzEJuyXD4SEUP36imLBPqeQgy6SvE5Ke4IpmeaxW9nGuy_5v1dN0/s1600/sdf+copy.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg22bP6XnxC_ccWzNAM6M8O9S4322dWBYBIRZd0iR-f1bsYg_0QHHHHnzAWHZFUF5-0lbtlEix-SN-FQl-SGqIMa1eFzEJuyXD4SEUP36imLBPqeQgy6SvE5Ke4IpmeaxW9nGuy_5v1dN0/s1600/sdf+copy.png" height="256" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="background-color: white; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14.079999923706055px; text-align: left;">"Kau bisa meyakini apapun. Tapi hatimulah yang menjadi penentu.<br />Manusia juga memiliki keyakinan karena itu sangat penting agar kami tak kehilangan jati diri,<br />kemampuan untuk berpikir, keberanian untuk tidak melarikan diri."</span><br />
<span style="background-color: white; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14.079999923706055px; text-align: left;">-Erza Scarlet (Fairy Tail)-</span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />Ayuyuhttp://www.blogger.com/profile/13307273344688152088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5917482321132111956.post-55455391283878144472014-02-24T00:13:00.001-08:002014-02-26T01:00:15.876-08:00Quotes "Witch Hunter" karya Cho-Jung-Man<div dir="ltr">
</div>
<ol>
<li>Pangeran Lee memang layak jadi kaisar. Tapi dia tidak bijaksana. Yang kita butuhkan adalah kaisar yang bijaksana untuk mengayomi rakyat. -Jang Cheon (Witch Hunter Vol. 05)-</li>
<li>"Orang yang cerdas bisa dikalahkan oleh orang yang berlatih keras!" -Lee Bairong (Witch Hunter Vol. 05)-</li>
<li>"Kau sangat mencintai negeri ini. Kau pantas untuk jadi kaisar di sini. Rakyat membutuhkan orang sepertimu, bukan aku." -Yue Bairong (Witch Hunter Vol. 05)-</li>
<li>Manusia adalah spesies yang mengagumkan. Tidak peduli situasi apa yang dihadapi, mereka cuma memikirkan keuntungan. -Eclipse Shadenon (WH chapter 17)-</li>
</ol>
<br />
<div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQNrwNTL-g0yVvT6dS7q37PPmetsveriYDifeU7lZwWdinOpNTZPkFPYJVnbDQ9b3fA3n7rYrGKGaxproorgZpoiQloKb80sViwp8R22LKPN8VuDjV8m7kpRKtSzORdLH4udttveC4QnM/s1600/Witch_Hunter_Coloring_by_JuiceBoXaniZer.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQNrwNTL-g0yVvT6dS7q37PPmetsveriYDifeU7lZwWdinOpNTZPkFPYJVnbDQ9b3fA3n7rYrGKGaxproorgZpoiQloKb80sViwp8R22LKPN8VuDjV8m7kpRKtSzORdLH4udttveC4QnM/s1600/Witch_Hunter_Coloring_by_JuiceBoXaniZer.png" height="234" width="320" /></a></div>
<br /></div>
Ayuyuhttp://www.blogger.com/profile/13307273344688152088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5917482321132111956.post-73903388675249291152014-02-23T20:52:00.002-08:002014-02-26T03:08:42.173-08:00Cerita Mini: Guru Ngaji<div class="MsoNormal">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinVGNPcMnWVo2cYUbPjJuT7VkSnDfA8ebnQClHZdUPG8ezvfBQkoxbkGfDSQjk-3hyphenhyphenjZRuPpgCgV64yRfA9WhwIXYf9T3W6gd3hFuECeeeIWZ_8e-Ofgu3HRiLE0FXBOe-5-cwTJLw4WI/s1600/ustadz.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinVGNPcMnWVo2cYUbPjJuT7VkSnDfA8ebnQClHZdUPG8ezvfBQkoxbkGfDSQjk-3hyphenhyphenjZRuPpgCgV64yRfA9WhwIXYf9T3W6gd3hFuECeeeIWZ_8e-Ofgu3HRiLE0FXBOe-5-cwTJLw4WI/s1600/ustadz.jpg" height="162" width="200" /></a></div>
<br />
“Assalamualaikum,” kataku sambil mengangkat gagang telepon.</div>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Waalaikumsalam,” jawab seseorang dengan nada akrab. Dari
suaranya aku tahu beliau adalah guru mengajiku di TPA Ali Imran. Beliau baru saja mengobrol dengan kakakku
yang waktu itu adalah anggota remaja masjid setempat.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Iya, ustadz. Ada apa?” tanyaku.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Kamu rajin shalat, kan?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Iya, dong!” jawabku mantap.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Lima waktu?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Suaraku semakin pelan, “Iya.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Bohong...” <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku tersentak! Suaraku tiba-tiba terasa berat. Pada akhirnya,
aku tak mampu berbohong. Dengan terbata, aku pun menjawab, “I-iya, Ustadz.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Begitulah cara beliau mengontrolku sebagai salah seorang
santriwati andalannya. Aku pun dinasehati habis-habisan setelah itu. Aku hanya
bisa nyengir sambil menahan malu. Aku sangat menghormatinya. Menurutku beliau
adalah guru yang mengagumkan. Beliau tidak hanya sekedar mengajar kami mengaji
dengan fasih, tapi juga menuntun kami untuk mempelajari agama dengan lebih baik
lagi. Karenanya pulalah aku mendapatkan ilmu tentang berhijab dan istiqomah
mengenakannya hingga kini. [] </div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
Ayuyuhttp://www.blogger.com/profile/13307273344688152088noreply@blogger.com5