Jumat, 02 November 2012

SEPERTI BINTANG


“DORR!!”
“Aargh!! Kak Mia!! Bikin kaget aja!! Hiks..”
Kak Mia mendekati Vina yang sedang duduk di atas ayunan. “Loh, kok nangis? Kakak pikir Vina lagi ngelamun. Ada apa?”
“Ga ada apa-apa kok, Kak. Hiks...” Vina berusaha menyembunyikan kesedihannya meski tak mampu menahan isak tangisnya. “Kak, Vina ga berguna banget, ya?”
“Kok bilang gitu, sih?!”
“Habisnya... Kerja ini-itu ga becus. Hiks... Vina merasa ga punya kelebihan sedikitpun. Hiks...”
“Cup cup cup... Siapa bilang? Vina punya kelebihan, kok. Tapi Vina belum menyadarinya. Tuhan ga mungkin ngasih kita kekurangan saja ato kelebihan saja.”
“Kak Mia tau apa kelebihan Vina?”
“Mmm...”
“Tuh, kan. Ga tau!! Hwaaa!!!”
“Ssstt, jangan keras-keras nangisnya. Nanti tetangga kira ada KDRT!”
“Kelebihan Vina itu... Dia baik dan perhatian,” jawab seorang lelaki di belakang Vina.
 “Niko?! Sejak kapan kamu di situ?” Vina membalikkan badannya. Ia tidak menyadari keberadaan kekasihnya. “Sejak Kak Mia nemuin kamu. Hehe...” jawab Niko. “Tapi kalo baik dan perhatian sih semua orang juga punya,” keluh Vina. “Kalo semua orang baik dan perhatian, dunia pasti sudah damai,” ungkap Niko.
“Yup! Kamu liat bintang di langit itu kan? Mereka bersinar tiap malam. Tidak peduli apakah sinarnya mampu menerangi malam atau malah terkalahkan oleh cahaya lampu jalan, mereka tetap menampakkan dirinya. Namun, tanpa mereka sadari sinarnya itu mengalahkan keindahan cahaya lampu dan senang dipandang oleh jutaan orang di dunia,” jelas Kak Mia.
“Nah, Vina sama seperti bintang. Memang ada hal yang Vina lakukan tidak sebaik orang lain. Tapi, Vina juga memiliki sesuatu yang hebat tanpa Vina sadari. Dan sesuatu itu terlihat istimewa bagi orang lain,” tambah Kak Mia.
“Tapi, ‘sesuatu’ itu apa, Kak?”
“Ada, kok. Kamunya aja yang terlalu larut melihat kekurangan kamu sendiri. Itu bahaya, lho. Itu artinya kamu ga mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan sama kamu.”
“....”
“Oia, kebetulan! Aku mau kasih liat kamu sesuatu. Ini akan membuktikan kalo kamu punya kelebihan yang ga kamu sadari,” kata Niko.
“Oh, ya? Apa itu?”
“Tadaa!! Ini dia! Buku karya Vina Febriani!”
“Buku apa? Aku kan ga pernah kirim naskah ke penerbit manapun,” Vina tidak percaya.
“Kami yang kirim,” kata Kak Mia tersenyum. “Kakak liat kamu punya banyak naskah cerpen yang ga pernah dipublish. Kakak iseng minta tolong sama Niko buat dikirim ke penerbit. Eh, ternyata pihak penerbit suka sama karya kamu. Mereka setuju deh buat nerbitin buku ini.”
“Jadi ini beneran karyaku?”
“Iya. Editornya berulang kali memuji karya Vina. Beliau yakin kamu bisa sukses jadi penulis kelak,” kata Niko.
“Waah, makasih banyak yah, Kak Mia, Niko juga. Vina jadi optimis buat mengembangkan bakat Vina!” ucap Vina sambil bersyukur dan memeluk buku itu. “Vina pasti bisa jadi bintang yang saaaaaangat indah dan istimewa bagi semua orang,” katanya dengan mantap.
“Kalo buat aku sih, Vina sudah lamaaaaaaa banget jadi bintang di hati aku,” kata Niko sambil merangkul Vina. “So sweet...” kata Vina. Kak Mia pun tersenyum melihat bintang di hati adiknya yang sempat meredup kini bersinar kembali.

--THE END--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar