“DORR!!”
“Aargh!! Kak
Mia!! Bikin kaget aja!! Hiks..”
Kak Mia
mendekati Vina yang sedang duduk di atas ayunan. “Loh, kok nangis? Kakak pikir
Vina lagi ngelamun. Ada apa?”
“Ga ada apa-apa
kok, Kak. Hiks...” Vina berusaha menyembunyikan kesedihannya meski tak mampu
menahan isak tangisnya. “Kak, Vina ga berguna banget, ya?”
“Kok bilang
gitu, sih?!”
“Habisnya...
Kerja ini-itu ga becus. Hiks... Vina merasa ga punya kelebihan sedikitpun. Hiks...”
“Cup cup cup...
Siapa bilang? Vina punya kelebihan, kok. Tapi Vina belum menyadarinya. Tuhan ga
mungkin ngasih kita kekurangan saja ato kelebihan saja.”
“Kak Mia tau
apa kelebihan Vina?”
“Mmm...”
“Tuh, kan. Ga
tau!! Hwaaa!!!”
“Ssstt, jangan
keras-keras nangisnya. Nanti tetangga kira ada KDRT!”
“Kelebihan Vina
itu... Dia baik dan perhatian,” jawab seorang lelaki di belakang Vina.
“Niko?! Sejak kapan kamu di situ?” Vina
membalikkan badannya. Ia tidak menyadari keberadaan kekasihnya. “Sejak Kak Mia
nemuin kamu. Hehe...” jawab Niko. “Tapi kalo baik dan perhatian sih semua orang
juga punya,” keluh Vina. “Kalo semua orang baik dan perhatian, dunia pasti
sudah damai,” ungkap Niko.
“Yup! Kamu liat
bintang di langit itu kan? Mereka bersinar tiap malam. Tidak peduli apakah sinarnya
mampu menerangi malam atau malah terkalahkan oleh cahaya lampu jalan, mereka
tetap menampakkan dirinya. Namun, tanpa mereka sadari sinarnya itu mengalahkan
keindahan cahaya lampu dan senang dipandang oleh jutaan orang di dunia,” jelas
Kak Mia.
“Nah, Vina sama
seperti bintang. Memang ada hal yang Vina lakukan tidak sebaik orang lain.
Tapi, Vina juga memiliki sesuatu yang hebat tanpa Vina sadari. Dan sesuatu itu
terlihat istimewa bagi orang lain,” tambah Kak Mia.
“Tapi,
‘sesuatu’ itu apa, Kak?”
“Ada, kok.
Kamunya aja yang terlalu larut melihat kekurangan kamu sendiri. Itu bahaya,
lho. Itu artinya kamu ga mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan sama kamu.”
“....”
“Oia,
kebetulan! Aku mau kasih liat kamu sesuatu. Ini akan membuktikan kalo kamu
punya kelebihan yang ga kamu sadari,” kata Niko.
“Oh, ya? Apa
itu?”
“Tadaa!! Ini
dia! Buku karya Vina Febriani!”
“Buku apa? Aku
kan ga pernah kirim naskah ke penerbit manapun,” Vina tidak percaya.
“Kami yang
kirim,” kata Kak Mia tersenyum. “Kakak liat kamu punya banyak naskah cerpen
yang ga pernah dipublish. Kakak iseng minta tolong sama Niko buat dikirim ke
penerbit. Eh, ternyata pihak penerbit suka sama karya kamu. Mereka setuju deh
buat nerbitin buku ini.”
“Jadi ini
beneran karyaku?”
“Iya. Editornya
berulang kali memuji karya Vina. Beliau yakin kamu bisa sukses jadi penulis
kelak,” kata Niko.
“Waah, makasih
banyak yah, Kak Mia, Niko juga. Vina jadi optimis buat mengembangkan bakat
Vina!” ucap Vina sambil bersyukur dan memeluk buku itu. “Vina pasti bisa jadi
bintang yang saaaaaangat indah dan istimewa bagi semua orang,” katanya dengan
mantap.
“Kalo buat aku
sih, Vina sudah lamaaaaaaa banget jadi bintang di hati aku,” kata Niko sambil
merangkul Vina. “So sweet...” kata Vina. Kak Mia pun tersenyum melihat bintang
di hati adiknya yang sempat meredup kini bersinar kembali.
--THE
END--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar