Minggu, 18 Oktober 2015

A cup of Coffee of Life

"Sesempurna apa pun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan."

Ya. Seperti hidup, kita pasti akan mengalami sisi pahit yang tidak terhindarkan. Namun, kopi tetap terasa nikmat meski memiliki sisi pahit, bukan? Begitu pula hidup, tetap berarti meski harus merasakan pahit.

Kopi tidak hanya mengandung rasa pahit, tapi juga meninggalkan kesan manis ketika menyesapnya. Sama halnya dengan hidup, seperti kata Jody dalam Filosofi Kopi karya Dee Lestari, "Walau tak ada yang sempurna, hidup ini begini indah adanya."

@yuphehimura

Selasa, 08 September 2015

Vampir Pengisap Pulsa

Saya bingung mau cerita apa untuk mengisi blog ini hari ini. Jadi saya memilih untuk curhat saja. :v

----

Tadi pagi saya coba beli paket PAS buat chatting, katanya sistem sedang sibuk. Diulang berkali-kali, jawabannya sama. Giliran cek pulsa, ternyata pulsanya sudah berkurang. Coba internetan, ternyata paketnya belum aktif. Pulsa saya berkurang per kB.

Saya coba lagi beli paket chatting harian, ada respons, saya jawab. Akhirnya masuk laporan kalau paketnya sudah aktif. Saya coba online, alhamdulillah lancar. Siangnya, saya coba online lagi tapi tidak bisa tersambung. Saya coba cek pulsa, pulsaku habis sepuluh ribu. Dasar vampir pengisap pulsa! Hiks T.T

Jumat, 04 September 2015

Kepada Kawanku yang Menjemput Mimpinya

Aku tahu kita bukanlah sahabat karib.
Kita pun jarang menghabiskan waktu bersama.
Aku bahkan tidak ikut melepaskan kepergianmu bersama kawan-kawan yang lain.
Tapi ketahuilah, aku turut bahagia mendengar bahwa kau akan pergi menjemput mimpimu nun jauh di sana.

Engkau sungguh beruntung, kawan.
Tuhan memberimu kesempatan yang tidak semua orang bisa merasakannya.
Tuhan akhirnya meridhoi keberangkatanmu sebagai jawaban atas kerja kerasmu selama ini.

Aku tahu kau takkan menyia-nyiakannya.
Aku yakin kau mampu mengharumkan nama bangsa kita di sana.
Dan aku berharap semoga ilmu yang kaudapatkan mampu memajukan Indonesia tercinta.

Meski kita tak sempat bersua sebelum keberangkatanmu, kuharap doaku cukup untuk mendampingi setiap langkahmu.

Pergilah, kawan.
Gapailah cita, raihlah asa.
Sehatlah kau, sukseslah kau, bahagialah kau.
Semoga ilmu yang kaudapatkan bermanfaat untuk dirimu dan untuk kita semua.
Semoga Allah selalu membimbing langkahmu.
Yakinlah, berkah-Nya selalu bersamamu.

Regards,
Kawanmu yang masih berjuang untuk mimpinya sendiri.

Ki o tsukete :-*
Ganbare yo~ \^o^/

Kamis, 06 Agustus 2015

Postgraduate Degree for School Teachers in Indonesia is Not A Must

School teachers of English in Indonesia should not have a postgraduate degree. It is a fact that to be a teacher is not easy. The teacher has to complete a professional curriculum in a teacher education institution to get the certificate of teaching qualification as a proof that he/she has passed examinatons and gained a certain degree of knowledge in teaching English as Foreign Language (Rasyid, et al, 2015). The teacher also has to comprehend the areas of teacher competences which consist of pedagogical competence, professional competence, personality competence and social competence (BSNP Indonesia, 2015). However, having a postgraduate degree could not be considered as one of the qualification.  It is true that it is better than graduate degree, but it does not guarantee that one who has the postgraduate degree is more competent to be a teacher than the one with graduate degree.

Everybody knows that English subject that is learnt in schools contains the basic materials. It focuses on four language skills and four language elements. English Education scholars have learnt all of the materials related to the English subject for school students. It is enough to teach the students with the knowledge from graduate degree. They only have to comprehend the materials much better, so they can anticipate the students’ questions. they also need to practice using English more, so they will have many experiences to share, and can give a good example in practicing English to the students.

Another reason why postgraduate degree is not a must for school teachers of English in Indonesia is the presence of a program called Training of Teacher Profession. This program is specialised to graduate scholars who want to work as teachers. It is good to learn more about how to be a good teacher and how to make lesson plan, scoring rubrics, etc. They can also practice microteaching and many things that are needed in teaching and learning process in schools later. If this program can run well, good English teachers undoubtedly can be resulted.

Furthermore, to continue the study in postgraduate program is not cheap. It needs much money to register. In this case, not all of graduate scholars are able to continue their study. It is rather difficult to study in postgtaduate program when they still do not have a job. They may wish they could get a job easily by having a graduate degree. They might be smart or capable for teaching, but if the school teachers should have postgraduate degree, it means that the work field has lessened and they could not be considered to teach. So, it will be more difficult for them to continue their study if the work field is limited.

Lastly, one with graduate degree is enough to be qualified as a teacher. One only need to learn and practice more before teaching, so he/she can be more competent than before. In short, postgraduate degree does not need to become a teaching qualfication. One can consider to continue his/her study to the postgraduate program after becoming a teacher.

REFERENCES
Rasyid, Muhammad Amin, et al. 2015. Getting insights Into The Perennial Truths of EFL Teaching-Learning Processes. The Perennial Truths: Introduction to TEFL, State University of Makassar, 27th July [Lecture Notes taken by Ayu Pertiwi, 2015].

BSNP Indonesia. 2015. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Available at: http://bsnp-indonesia. org/ ?page_id=107/ [Accessed August 2, 2015].

Kamis, 18 Juni 2015

Dia dan Seorang Pecundang

Kehadirannya bukan karena kebetulan. Dia diutus untuk menjemput seseorang yang selalu mengharapkan kedatangannya. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya ia mengunjungi orang itu. Ia selalu datang ke sana, memberi sinyal bahwa ia telah datang. Tapi sinyal itu terkadang tidak disadari oleh orang itu. Tak jarang pula ia berhadapan langsung dengannya, tapi orang itu malah abai.

Ketika ia lelah, ia pergi sejenak meninggalkan orang itu. Pada saat itu, orang tersebut kembali gelisah menantinya. Dia pun kembali diutus. Ketika ia datang lagi dengan membawa sesuatu yang lebih berat namun menjanjikan, orang itu malah kehilangan nyali, tidak berani mendekat selangkah pun. Orang itu hanya terus menatapnya dari jauh ketimbang mendekatinya. Orang itu tampak ragu. Ingin mendekat tapi takut keputusannya itu salah. Tapi juga tak ingin melepaskannya.

Setelah sekian lama, dia benar-benar lelah dengan sikap orang itu. Ia pun berlalu meninggalkan pecundang di belakangnya yang terlalu lama menimbang dalam kekhawatiran yang berlebihan. Dia yang pergi bernama KESEMPATAN.