Aku menabrak seseorang tanpa
sengaja di koridor kampus.
“Aduh...,” terdengar suara orang
yang kutabrak. Tampaknya perutnya cukup sakit karena menabrak kamusku yang
tebal.
“Maaf,” kataku sambil menunduk.
Aku tak berani melihatnya. Aku khawatir kalau ternyata dia adalah senior yang
galak.
“Hey, ini aku! Kamu nggak usah tunduk
kayak gitu. Aku nggak bakalan marah, kok. Hahaha...,” kata lelaki itu.
Sepertinya aku mengenal suaranya. Aku pun memberanikan diri untuk menatapnya.
Ternyata dia adalah mantan kekasihku setahun yang lalu. Mantan kekasihku yang
terakhir – sampai saat ini aku belum siap untuk mencari penggantinya. Jujur,
aku masih menyayanginya.
“Oh, iya, kebetulan! Aku bawa
sesuatu buat kamu,” kata Kak Reno, nama lelaki itu.
Aku tersenyum sumringah. Pasti dia membawakan sesuatu yang spesial
untukku, batinku. Pikiranku pun mengarah ke suatu hal mustahil yang sangat
kudambakan. Mungkin dia kembali ke sini
hanya untuk bertemu denganku dan mengajak balikan, pikirku lagi.
“Sis... Siska... Siska!!” Kak
Reno membuyarkan lamunanku. Dia memberikan sebuah undangan berwarna biru muda.
Warna kesukaanku! Tiba-tiba jantungku berdegup kencang.
Aku bertanya-tanya dalam hati, undangan apa ini? Apa dia mau melamarku dan memberikan
contoh undangannya lebih dulu sebagai bukti keseriusannya? Tapi kan aku belum
tentu mau balikan dengannya. Apa dia tahu kalau aku masih sayang sama dia?
“Itu undangan pesta pernikahanku.
Kamu harus datang, ya!” katanya sambil tersenyum.
“Menikah dengan siapa, Kak?”
tanyaku pura-pura penasaran. Aku berharap dia berkata bahwa dia ingin menikah
denganku, bahwa dia sedang melamarku saat ini.
“Lho, kamu belum tahu? Aku akan
menikah dengan Rita, sahabatmu. Apa dia nggak pernah bilang sama kamu?” Kak
Reno menjawab tanpa basa-basi.
Deg! Aku hanya bisa terkejut mendengarnya dan tidak menghiraukan
pertanyaannya. Aku tidak tahu kalau ternyata Rita dan Kak Reno selama ini menjalin
hubungan spesial.
Kutinggalkan Kak Reno dengan
senyum kecut. Kecewa. Aku memilih pulang saat itu juga. Aku tak sanggup untuk
mengikuti perkuliahan dengan hati yang hancur berkeping-keping. Aku
menyeberangi jalan menuju rumah kosku. Tiba-tiba, sebuah mobil melaju kencang
dari arah timur. Setelah itu aku tak tahu apa yang terjadi padaku. []*
*) Cerita ini juga ditampilkan
pada blog milik penulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar