Bangun pagi bukanlah hal berat bagiku. Namun berangkat cepatlah yang
menjadi hal tersulit. Dan tiba sebelum gerbang sekolah ditutup adalah
keberuntunganku selama sekolah. Teman-temanku sudah terbiasa dengan hal itu.
Mereka malah terkejut jika aku tiba lebih dulu dibandingkan mereka. Menurut
mereka, sebuah keajaiban jika aku tiba di sekolah sebelum jam tujuh.
Meski sering terlambat ke sekolah, tapi aku masih mampu melewati
gerbang sekolah yang dijaga oleh seorang satpam itu. Kadang aku masuk beberapa
detik sebelum gerbang ditutup, kadang aku masuk diam-diam. Beberapa kali keberuntunganku
lenyap. Aku gagal masuk ke sekolah. Alhasil, aku tidak boleh masuk sampai jam
sekolah usai.
Sebenarnya aku bingung dengan peraturan di sekolah ini. Siswa yang
terlambat dilarang masuk sama sekali. Padahal, kami cuma terlambat pada jam
pertama. Tapi, kami tidak diizinkan mengikuti keempat pelajaran selama hari
itu. Sementara itu, beberapa siswa yang tergolong nakal seringkali tidak mengikuti
pelajaran meski mereka tiba tepat waktu. Bukankah lebih baik jika kami diikutkan
pada pelajaran selanjutnya meski harus absen di jam pertama ketimbang harus
bolos seperti mereka?
Karena keinginan untuk belajar inilah yang membuatku harus masuk
secara diam-diam jika terlambat. Hingga suatu hari sebuah kisah unik pun
terjadi. Saat itu jam menunjukkan pukul 07.40 WITA. Kali ini aku tidak bisa
masuk karena masih ada satpam yang sedang berjaga di luar. Kuputuskan untuk
tetap berdiri di parkiran sekolah sambil menunggu waktu yang tepat.
Jam menunjukkan pukul 08.15. Pak Satpam masih setia duduk di atas
motor yang sedang diparkir. Aku membujuknya untuk membiarkanku masuk, namun dia
menolak. Wajahku berubah cemberut.
Tak lama kemudian, seorang temanku dari kelas lain masuk dengan
mengenakan seragam olahraga. Sepertinya ia habis berolahraga di luar. Karena
sekolah kami tidak begitu besar, jalanan di sekeliling sekolah dijadikan track untuk
olahraga lari. Dia berjalan dengan sangat santai. Ketika hendak melewatiku, kutahan
langkahnya. Cepat-cepat kutitipkan tasku untuk diantar ke kelasku. Dia pun
mengerti. Sambil menyembunyikan tasku di sisi kirinya, ia melewati satpam yang
berada di sebelah kanannya. Pak Satpam itu terlihat sedang sibuk dengan hape-nya.
Diaa berhasil membawanya sampai ke tujuan. Sepertinya tidak seorang pun yang
memerhatikannya. Aku mengucapkan terima kasih dari jauh.
Lima belas menit kemudian, kulihat Pak Satpam masuk ke dalam
sekolah. Mungkin dia mau ke kantin, pikirku. Segera kuambil kesempatan itu. Aku
masuk sambil berlari kecil, segera menuju kelasku yang terletak di ujung
koridor. Aku hanya perlu melewati satu kelas saja dari parkiran ke kelasku, XII
IPA 1. Waktu itu wali kelasku sedang mengajar bahasa Inggris. Beliau cukup
toleran untuk membiarkanku masuk mengikuti pelajaran. Menurutnya, lebih baik
mendapatkan sedikit ilmu, daripada tidak ada sama sekali. I do agree with you, Ma’am!
Aku pun masuk ke dalam kelas. Kuambil tasku yang disimpan di belakang pintu, lalu duduk
dengan tergesa-gesa. Alhamdulillah.
Aku bersyukur dalam hati. Karena pertolongan Iyan, aku bisa mengikuti pelajaran hingga jam terakhir.
Aku berhutang budi padanya.
Sepulang sekolah aku mendengar kabar yang amat tidak kuduga. Ternyata
pada jam istirahat tadi, Iyan dipanggil oleh guru BK karena ketahuan terlambat
masuk sekolah!
(FTS 485 kata, pernah diterbitkan dalam antologi Kisah Anak Sekolah terbitan Soega Publishing)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar