Senin, 23 April 2012

MALANG

Dekil
Mungil
Menadahkan tangan untuk memohon
Memelaskan wajah untuk meminta
Berharap ada belas kasihan
Yang memberi setitik harapan
Tiada mengeluh karena lidah keluh
Tiada menangis karena air mata sudah habis

Seperti itulah yang mampu kulihat dari wajah sesosok gadis kecil berumur sekitar enam tahun itu. Dia mengintip ke rumah makan tempatku menyantap makan siang bersama teman baikku. Rambutnya kusut, wajahnya kusam, perutnya buncit. Mungkin dia terserang busung lapar akibat jadwal makan yang tak menentu.
Dengan bajunya yang lusuh dan kaki yang beralaskan bumi ia pun masuk dengan perlahan. Dia datang bukan untuk memesan makanan, melainkan mengais rezeki di balik orang-orang berduit di sini. Ada banyak orang di sini, mungkin dia berpikir akan mendapatkan uang yang lebih banyak dari biasanya di tempat ini. Sungguh miris hatiku melihatnya. Kemana orang tuanya? Begitulah pikirku dalam diam. Apa yang telah dilakukan orang tuanya sampai mereka tega membiarkan anaknya mengemis? Ah, mungkin mereka sedang sakit dan tak mampu mencari nafkah, sehingga anaknya rela melakukan hal seperti ini. Kucoba untuk menepis prasangka burukku.
Terlihat dirinya sedang memandang setiap pengunjung dan mencari orang yang pantas untuk dimintai sedikit rezeki untuknya. Aku yang duduk bersama temanku di sudut dalam rumah makan ini tak terlihat olehnya karena tertutup oleh banyaknya pengunjung di sekitar kami. Pandangannya tertuju kepada seorang bapak yang berbadan gemuk memakai kaos oblong dan bergaya layaknya remaja masa kini padahal style seperti itu sudah tak pantas lagi untuknya. Dia mendekati orang itu yang sedang makan bersama seorang gadis yang mengenakan seragam SMA di sisi kanan rumah makan.  Mungkin anaknya, pikirku positif walaupun gadis itu tak mirip dengannya. Kucoba menerka apa yang dikatakan anak itu melalui bibir tipisnya yang mungil. “Om, minta uangnya om, saya lapar om..”, ucapnya dengan wajah memelas. Gadis SMA itu menatapnya sinis dengan bibir dimiringkan tanda jijik terhadap anak kecil itu. Bapak yang sedang menyeruput jus jeruk miliknya enggan berbalik dan hanya mengibaskan tangannya sebagai isyarat mengusirnya. Anak kecil itu mencoba memohon kepada si gadis SMA, “Kak, tolong berikan sedikit saja.. Saya belum makan kak..”. Gadis SMA itu lalu mengambil seiris mentimun di atas piring makannya. Ternyata dia orang yang baik, pikirku sesaat sebelum gadis itu melemparkan mentimun itu ke wajah si anak. Anak itu pun segera menjauh ketakutan.
Gadis kecil itu kembali mencari pertolongan di tengah ramainya rumah makan ini. Ia berjalan menuju seorang wanita berjilbab yang sedang duduk menunggu makanan. Dia kembali meminta, “Bu, saya mau makan tapi tak punya uang..” Ibu itu pun membuka tasnya, tapi sepertinya ia melupakan dompetnya di suatu tempat karena wajahnya berubah menjadi panik dan bergegas keluar dari rumah makan setelah minta maaf kepada anak itu. Oh, malang. Giliran ada yang ingin menolong, si penolong tak punya uang. Ingin rasanya ku menolongnya, namun aku pun tak punya uang. Makan siang ini pun hanya dibayarkan oleh temanku itu. Ingin ku ajak ia makan bersama kami tapi sayangnya makananku sudah habis. Temanku masih sementara menyantap makanannya. Ingin rasanya kusampaikan keinginanku untuk memintakan anak itu makanan kepada temanku, tapi hatiku tak enak karena dia sudah terlalu banyak menolongku. Aku berpikir, seandainya para koruptor tidak mengambil uang yang  bukan haknya, mungkin anak ini berhak untuk mendapatkan uang itu. Itu kan uang rakyat. Seharusnya uang itu diberikan kepada anak seperti si gadis kecil ini. Tiba-tiba pandangan kami bertemu, dia berusaha menjangkau mejaku tetapi seorang pria tinggi yang merupakan pelayan di rumah makan ini menangkap tangannya dan menyeretnya keluar. Aku tak mampu berbuat apa-apa, aku hanya berdoa dalam hati untuknya, semoga ia dituntun olehNya untuk mendapatkan rezeki yang halal dan bisa mencukupi kebutuhannya. Ya Allah, kuatkanlah hatinya dalam menghadapi kehidupan yang keras ini.

3 komentar:

  1. klo ni bukan isi? trus apa dong ini namanya???

    BalasHapus
  2. wah .. saluut. kyk mmbca tulisan pnulis trkenal.. wkwkw. tp, cepren nya kog pendek btul ? msh mw bc, eh. ceritanya dah habis.

    BalasHapus