Minggu, 21 Oktober 2012

Mengajar itu Tantangan

Yup! Mengajar itu memang benar-benar sebuah tantangan besar!!! Dan itu yang saya rasakan pertama kali mengajar di Sikola Macca. Saya dihadapkan pada seorang siswa yang sangat susah diatur. Padahal, waktu itu setiap tenaga pengajar hanya mengajar satu siswa. Satu, lho! SATU! Tapi susah sekali mengaturnya.

Awalnyaa.. siswa yang namanya Ariska ini diajar oleh seorang tentor yang bernama Faika, mahasiswi Hukum UH 2011. Si Riska ini sangat senang diajar oleh Faika. Tapii.. karena Riska mau belajar bahasa Inggris, sementara Faika mengajar matematika, saya pun dipanggil untuk mengajar dia. Oh, Tuhan! Baru saja saya duduk di samping siswi ini, dia sudah ogah-ogahan untuk diajar oleh saya. Dia maunya diajar oleh Faika. Sedih. Sedih. Sedih. (Hiks). Baru saja mau belajar cara mengajar yang baik, sudah dihadapkan dengan tipe siswa seperti ini. Karena tidak diajar oleh Faika, jadilah dia tidak konsen diajar oleh saya. Perhatiannya terus mengarah ke Faika. Terkadang dia berjalan kesana-kemari mengganggu teman-temannya yang lain tanpa menghiraukan saya.

Riska. Siswi SD kelas VI di ..... (lupa dimana). Sebenarnya dia mau belajar nama-nama benda. Tapiii... alphabet dalam bahasa Inggris saja dia belum tahu. Jadilah saya mengajarkan dia alphabet terlebih dahulu sambil mengajarkan beberapa kosa kata dari huruf-huruf yang telah saya ajarkan. Sebelumnya, saya menanyakan 'Number' padanya, dia menghafalnya. Kemudian saya meminta dia menuliskan angka-angka itu dalam bentuk letter, dia  menyanggupi. Tapi, tak lama kemudian, dia menemui temannya dan membawa selembar poster bertuliskan angka-angka dalam bahasa Inggris. Dia menyalinnya! Katanya bisa, kok malah menyalin, sih! Pikirku dalam hati. Ckckck.

Dengan penuh kesabaran, saya pun mengajarkan huruf A-L padanya. Dan Alhamdulillah dia sudah bisa (prok! prok! prok!). Tapi, perasaan saya dan dia belum menyatu. Belum ada chemistry sama sekali yang bisa menjembatani penyaluran ilmu di antara kami. Transfer ilmunya masih susah. Tapi, saya anggap ini adalah sebuah tantangan bagi saya untuk menjadi seorang guru yang menguasai empat kompetensi guru, yaitu pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian. 

***
Sepulang dari sana, saya pun curhat kepada dua sahabat saya, Isshin dan Onii. Isshin yang bukan seorang pengajar memberikan motivasi kepada saya, sementara onii yang juga dari prodi pendidikan seperti saya dan sekarang sudah menjadi tenaga pengajar memberikan saran untuk teknik pengajaran yang selanjutnya.

Menurut Isshin, ini baru kali pertama saya mengajar. Jadiii... saya tidak boleh pesimis dan kecewa menghadapi siswa seperti Riska. "Di sinilah keterampilan kamu diuji," katanya padaku. Ya. Terampil. Bagaimana cara saya menghadapi siswa semacam itu dan mengatasi kelakuan-kelakuannya yang seperti tadi. Saya akui, saya sempat down mengingat situasi seperti . Saya merasa tidak bisa menjadi seorang pengajar yang baik. Namun, semangat dan motivasi dari Isshin selalu mampu membangkitkanku dari keterpurukan yang tanpa sadar kubuat sendiri. "Jangan menyerah! Kenali dirimu dan potensimu!" Itu adalah kata-kata yang selalu diucapkan olehnya untuk menyemangatiku.

Menurut Onii, pikiranku lebih kuat dari lisanku. Persepsiku terhadap anak itu sejak awal telah membuatku tidak mampu melihat potensi yang dimilikinya (Isshin juga berkata seperti ini padaku). Yah. Kesan pertama seharusnya kubuat sebaik mungkin agar dia merasa nyaman bersamaku. Tapi, karena minder (soalnya si Riska maunya sama Faika), kesan pertamaku menjadi buruk. Saya grogi, gugup, dan menjadi kaku. Kata Onii, "Buat dia merasa nyaman dengan kamu. Dan sesuaikan metode pengajaran dengan kepribadian si anak, seperti audio, visual, audiovisual,dll." Yah, saya sadar, saya masih punya banyak kekurangan untuk terjun ke lapangan mengajar para siswa. Saya pun dianjurkan membaca buku Quantum Teaching dan Quantum Learning. Selain itu, saya juga dianjurkan untuk mengajar sesuai dengan konsep psikolinguistik, yaitu Listening - Speaking - Reading - Writing. Konsep ini adalah konsep yang kita bawa sejak lahir. Sepertinya saya harus memahami dan mendalami konsep ini dan diaplikasikan pada saat proses belajar mengajar.

In short, mengajar itu tidak semudah yang dibayangkan. Kita perlu memahami siswa yang kita ajar agar stimulus dan responnya dapat berfungsi dengan baik dalam menyerap pelajaran. Semoga saya bisa belajar dari kekurangan-kekurangan yang terdahulu dan menjadi guru favorit para siswa dan patut diteladani. Aamiin. 
Doakan, ya, teman-teman =) 

Big thanks to Isshin dan Onii yang sudah mau mendengarkan curhatku ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar